Jurubicara kepresidenan Yaman mengatakan presiden Ali Abdullah Saleh berjanji akan menandatangani kesepakatan yang akan mengakhiri kekuasaannya selama beberapa dekade, pada Kamis kemarin (19/5). Sementara itu Presiden Obama dalam pidatonya meminta pemimpin Yaman tersebut untuk segera mentransfer kekuasaannya.
Namun kubu oposisi Yaman menolak janji Saleh tersebut, menuduh pemimpin otoriter itu hanya mengulur-ulur waktu. Saleh sebelumnya telah menolak perjanjian - yang memberikan waktu 24 jam kepadanya sebelum janji terakhirnya untuk menandatangani pengunduran diri.
Yaman saat ini masih terhuyung-huyung dari aksi protes selama tiga bulan di jalanan yang menuntut pemecatan Saleh. Amerika Serikat, yang sampai saat ini menganggap Saleh sebagai sekutu kunci dalam memerangi cabang aktif al-Qaida Yaman, jua telah meminta dirinya untuk mundur.
Dalam pidatonya kebijakan Amerika di dunia Arab Kamis kemarin, Obama menyebut Yaman secara langsung. Dia berkata, "Presiden Saleh perlu menindaklanjuti komitmennya untuk mentransfer kekuasaan yang ada padanya."
Puluhan ribu warga Yaman menyaksikan pidato Obama pada layar raksasa di alun-alun di ibukota Sanaa yang telah menjadi fokus dari gerakan aksi protes.
Ketika Obama menyebutkan Yaman, warga Yaman berteriak, "Rakyat ingin menggulingkan rezim" - sebuah slogan yang terkenal dalam pemberontakan rakyat di Tunisia dan Mesir yang mengilhami aksi protes di Yaman dan di tempat lain.
Aktivis Yaman Muhammad Bashir mengatakan pidato Obama dengan jelas mengatakan bahwa rezim Yaman sebagai rezim represif dan revolusi akan menentukan masa depan bagi rakyat Yaman. (eramuslim)