Gedung Putih nampaknya sejak lama telah merancang skenario baru di Kairo. Negara adidaya ini mengirim miliaran dolar ke Mesir untuk mempengaruhi pemilu mendatang. Dana tersebut dititipkan kepada agen-agen CIA.
Sebuah sumber terpercaya membongkar masalah ini dan saat diwawancarai IRNA menandaskan, para penghubung dan petinggi CIA mulai mendekati kubu politik Mesir dengan menawarkan imbalan besar-besaran. Sumber ini menambahkan, seluruh kandidat presiden atau tokoh yang diunggulkan dalam pentas politik Mesir menjadi target skenario baru Barack Obama.
Diplomat yang tidak bersedia disebutkan identitasnya ini menegaskan, agen CIA mengemban misi untuk membeli kandidat presiden Mesir yang dibidik Washington dengan harga tinggi. Selain itu, agen CIA memiliki misi lain untuk menghapus tokoh-tokoh anti AS dari kancah politik Mesir.
Disebutkan bahwa agen-agen CIA dalam beberapa pekan terakhir menghubungi Amr Moussa. Moussa dalam beberapa bulan terakhir gencar dipropagandakan media Barat untuk menjabat presiden Mesir. Amerika telah mengirim pesan jelas kepada Moussa dan hal ini mengindikasikan pemerintah Obama memiliki pandangan khusus kepada mantan sekjen Liga Arab ini.
Upaya Amerika untuk mempengaruhi pemilu di Mesir juga dibarengi dengan usaha petinggi Washington beberapa pekan terakhir untuk menunda pemilu presiden di Kairo. Hal ini dimaksudkan Washington untuk lebih leluasa menancapkan pengaruhnya di Mesir.
Sementara itu, Magdi Hussein, sekjen Partai al-Amal Mesir baru-baru ini mengkonfirmasikan konsporasi Amerika untuk menunda pemilu di Mesir.
Di sisi lain, duta besar Amerika di Kairo dalam terobosan terbarunya melakukan perundingan dengan kubu oposisi Mesir di Kairo. Ia meminta kubu oposisi menunda pemilu sehingga AS memiliki kesempatan untuk mendukung mereka. Skenario AS ini dimaksudkan untuk mengintervensi pemilu Mesir dengan agenda jika pemilu digelar dalam kondisi seperti sekaran ini maka yang akan keluar sebagai pemenang adalah kubu Islam.
Para pengamat politik mengatakan, AS saat ini gencar mempropagandakan isu baru yaitu rakyat Mesir belum siap menjalankan demokrasi. (irib)