18 Apr 2011

Teori Konspirasi Penguasa Suku Obama di Kenya

ImageApa yang terjadi jika nama Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Jaksa Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag Luis Moreno-Ocampo, dan Perdana Menteri Kenya Raila Odinga memiliki kesamaan?. Selain itu, tentunya, sama-sama berkulit hitam, ada "faktor O". Ketiganya punya nama belakang yang sama-sama berawalan huruf O, Obama, Ocampo, Odinga.


Huruf awal tersebut merupakan penanda anggota Suku Luo di Kenya. Karena itu pula, sebagian kalangan di negara Afrika Timur tersebut yakin bahwa ketiganya adalah tiga bersaudara dalam sebuah konspirasi untuk menghukum enam orang tersangka di pengadilan Ocampo di Hague. Tujuannya agar Odinga bisa menjadi presiden di tanah kelahiran ayahanda Obama.


Meski teori konspirasi tersebut berunsur khayalan, teori itu menarik bagi orang-orang yang meyakini bahwa para tersangka di Pengadilan Kriminal Internasional, yang dituding merancang kekerasan pascapemilu Kenya tahun 2007-2008, menjalani proses hukum yang tidak adil. Para analis memperingatkan bahwa jika stereotip semacam itu dibiarkan, maka semakin besar pula peluang terjadinya perang antarsuku.


Banyak pendukung Deputi Perdana Menteri Uhuru Kenyatta dan mantan Menteri Pendidikan William Ruto, dua tokoh yang jadi tersangka, meyakini teori tersebut.


"Ayahnya Obama orang Luo, dan dia (Obama) ingin orang yang sesuku dengannya, Odinga, menjadi presiden. Jadi, dia menyuap Ocampo agar menghukum Kenyatta agar Odinga bisa memimpin," kata Susan Njoki, 45, seorang penjual makanan, kepada kantor berita Associated Press dalam sebuah aksi yang dilakukan hari Senin lalu oleh Kenyatta dan Ruto. Njoki juga berbicara dalam aksi yang digelar dua pria tersebut sekembalinya mereka dari sidang dengar pendapat di The Hague.


Tak hanya itu, bahkan sebagian kalangan yang lebih berpendidikan juga percaya dengan teori tersebut.


"Ada hubungan antara Obama, Odinga, dan Ocampo. Obama ingin memenangkan Odinga tahun depan agar Amerika bisa mendapatkan peluang bisnis yang tidak mereka dapatkan di China, Malaysia, dan negara-negara di Timur Jauh," kata Njuguna Ndungu, seorang guru berusia 36 tahun. "Amerika tidak ingin pemimpin yang independen. Para pemimpin yang dikirim ke The Hague berpikiran independen."


Para pengamat memperingatkan bahwa konspirasi "O" merupakan contoh stereotip suku yang disebarkan oleh para politikus Kenya yang coba menggalang dukungan dari para anggota suku mereka melawan musuh-musuh politik mereka menjelang pemilihan umum tahun 2012. Jika dibiarkan begitu saja, stereotip semacam itu bisa berujung pada pengulangan kekerasan setelah pemilu yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.


Sekembalinya Kenyatta dan Ruto dari The Hague, konvoi mereka dilempari batu. Para pendukung Odinga disalahkan atas pelemparan batu tersebut.


Harun Ndubi, seorang pengacara HAM, mengatakan bahwa tudingan konspirasi tersebut merupakan "skema" yang dirancang untuk memengaruhi pemilihan yang akan datang.


John Githongo, seorang mantan penasihat Presiden Mwai Kibaki mengenai etika dan cara memerintah, mengatakan bahwa pada pemilihan tahun 2007, para politikus menggunakan stereotip untuk memupuk kebencian terhadap komunitas Kikkuyu dari Kenyatta, sekarang hal itu digunakan terhadap komunitas Luo dari Odinga.


Meski ayah Odinga dan Obama sama-sama dari Suku Luo, Ocampo adalah orang Argentina, bukan Luo.


Kenya telah sejak lama terbagi-bagi di sepanjang garis kesukuan. Berbagai asosiasi suku memengaruhi berbagai aspek dalam pilihan hidup, seperti pemilihan teman, pasangan, pekerjaan, dan siapa yang dipilih.


Hasil survei yang dilakukan komisi pemerintah yang ditugasi untuk mempersatukan Kenya menemukan bahwa dua dari 42 suku di Kenya menguasai 40 persen jabatan pemerintahan.


Pada akhir 2007, Kenya terjerumus dalam kekerasan sesaat setelah Kibaki dinyatakan memenangkan pemilihan yang disebut para pendukung Odinga dipenuhi kecurangan. Setidaknya 600.000 orang terusir dari rumah mereka. Mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menegosiasikan kesepakatan damai yang berujung pada penunjukan Kibaki sebagai presiden dan Odinga sebagai perdana menteri.


Kenyatta dan Ruto, yang dulunya lawan politik, menyiratkan kemungkinan membentuk koalisi politik bersama Wakil Presiden Kalonzo Musyoka melawan Odinga. Ruto berseteru dengan Odinga setelah sang perdana menteri mendukung diadilinya orang-orang yang bertanggung jawab atas kerusuhan setelah pemilu.


Hasil jajak pendapat di Kenya menunjukkan Odinga sebagai kandidat presiden yang paling populer, sementara Kenyatta berada di posisi kedua dan terpaut jauh, Musyoka di tempat ketiga, sementara Ruto keempat.


Di sejumlah ajang kampanye sebelum sidang di The Hague, Ruto dan Kenyatta menyerang Odinga dan menyebut Pengadilan Kriminal Internasional merupakan alat Barat untuk mengendalikan Kenya.


"Kasusnya dalam hal ini adalah kasus politik untuk menentukan siapa yang akan menuju pemerintahan," kata Menteri Energi Kenya Kiraitu Murungi dalam kampanye di Gatundu, sebuah kawasan yang dipenuhi pendukung Kenyatta. "Yang terjadi di sini adalah neokolonialisme yudisial."


Dalam kampanye lain di luar ibu kota, Ruto mengatakan bahwa persidangan Pengadilan Kriminal Internasional bertujuan memberikan "umpan terobosan menuju kepresidenan" bagi Odinga.(SMcom)

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Teori Konspirasi Penguasa Suku Obama di Kenya Deskripsi: Apa yang terjadi jika nama Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Jaksa Pengadilan Kejahatan Internasional di Den Haag Luis Moreno-Ocampo, d... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►