Rezim Suriah selama ini sering dituduh sering memprovokasi dan pencipta instabilitas di kawasan oleh negara tetangganya, dengan orang-orang yang tidak diinginkan ke perbatasan Turki untuk mendukung separatis Kurdi, atau mengirim pemberontak Sunni ke Irak dan militan Palestina dan simpatisan Al-Qaeda ke Libanon.
Tetapi kerusuhan yang terjadi di Suriah, dan ini merupakan guncangan yang dahsyat terhadap Partai Baath sejak mengambil alih kekuasaan hampir 50 tahun yang lalu, sekarang giliran Damaskus ganti menuduh adannya penyusupan militan asing berusaha untuk membangkitkan kekerasan anti pemerintah Bashar al-Assad.
Di tengah kampanye Presiden Bashar al-Assad untuk menangani aksi-aksi anti pemerintah dengan bujukan dan kekerasan, seperti mencabut hukum darurat militer, yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad, tetapi media massa Suriah lebh fokus pada ancaman dari negara tetangganya, Libanon.
Hari Minggu, misalnya, sebuah truk kulkas penuh dengan senjata otomatis, peluncur granat, senjata ringan, kacamata malam dan amunisi yang disita oleh bea cukai Suriah, yang menyeberang ke Suriah dari Irak, kata kantor berita Suriah SANA. Sopir itu, kata laporan itu, mengaku telah dibayar $ 20.000 dolar oleh Irak untuk membawa senjata ke Suriah.
Tapi sikap paranoid Suriah tampaknya diarahkan pada Libanon. Pekan lalu, televisi pemerintah Suriah menayangkan dugaan tiga anggota Ikhwanul Muslimin yang mengaku telah berencana untuk menghasut demonstran dan membentuk kelompok-kelompok bersenjata di bawah perintah Jamal Jarrah, seorang anggota parlemen Lebanon, yang memimpin Gerakan Masa Depan, sebuah blok politik Sunni dibawah pimpinan oleh Perdana Menteri Saad Hariri.
Jarrah telah membantah semua tuduhan itu. tetapi klaim tersebut telah memicu ketegangan hubungan antara pemerintah Suriah dan Libanon yang menentang rezim Suriah. "Jika ada bukti-bukti keterlibatan Libanon di Suriah, maka akan merugikan Lebanon," kata Ali Abdel Karim Ali, Duta Besar Suriah untuk Lebanon. Pernyataan ini dianggap sebagai ancaman Suriah terhadap Libanon.
Hizbullah dan sekutu Suriah di Lebanon lainnya menuduh Gerakan Masa Depan melancarkan serangan terselubung terhadap lawan-lawan politiknya. Sebaliknya Gerakan Masa Depan menuduh adanya sebuah "konspirasi berbahaya terhadap Lebanon" dan memperingatkan Lebanon "melawan siapa yang terlibat dalam rencana baru yang bertujuan untuk menciptakan konflik di antara mereka", ujar juru seorang pejabat Gerakan Mas Depan, yang berhaluan Sunni.
Melihat perbatasan utara Lebanon dengan Suriah, dari sudut pandang Wadi Khaled, sebuah desa miskin terpencil terletak diperbukitanm, membuat jelas betapa mudahnya wilayah ini bisa menjadi tempat munculnya konflik. Perbatasan Wadi Kabir berarti sungai "Besar" dalam bahasa Arab, namun anak sungai ini hampir tidak lebih besar dari sungai kecil, diapit oleh semak lebat pohon dan padang rumput hijau subur.
"Ya, sangat mudah untuk menyeberang, terutama di musim panas ketika sungai kering," kata Muhammad, pemilik sebuah toko barang listrik sepelemparan batu dari sungai. Dia mengatakan penyelundup dengan biaya $ 1.000 bagi setiap orang yang ingin menyeberang ke perbatasan. Kebanyakan orang melintasi perbatasan baik migran ekonomi (Afrika, misalnya) yang berharap untuk menemukan pekerjaan di Lebanon, atau kriminal Lebanon yang melarikan diri dan menyusup ke Suriah sampai mereda kembali ke rumah.
Tetapi adakah kelompok-kelompok di Lebanon yang melakukan penetrasi ke Damaskus ingin menumbangkan rezim Suriah? Dinamika politik tampak sebaliknya. Rami Nakhle, seorang aktivis oposisi Suriah, menyelinap di seberang perbatasan di Wadi Khaled pada bulan Januari untuk menghindari penangkapan oleh pihak berwenang Suriah karena melakukan kegiatan anti-pemerintah. Seorang penyelundup Suriah di Homs dibebankan $ 1.500 dolar untuk satu perjalanan.
Rami setuju, namun mengatakan ia hanya akan membayar sekali untuk ke Libanon. Kedua orang naik sepeda motor dari Homs sampai mereka mencapai perbatasan, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki. Tapi sampai mereka mencapai sungai, mereka disergap oleh penjaga perbatasan Suriah. "Mereka menembak ke udara dan kami berpisah. Mereka mengejar. Tetapi, Rami terus berlari ke Libanon," kata Rami.
Meskipun Rami berhasil penyelundup ke perbatasan Lebanon, dan ada yang menawarkan untuk membawanya ke Beirut hanya dengan upah $ 500 dolar. Rami saat ini bersembunyi di Beirut dan, melakukan kegiatan bawah tanah dengan menggunakan nama samaran Malath Aumran, serta melalui internet untuk membantu gerakan protes du Suriah.
Pasukan Suriah telah memperkuat posisi perbatasan mereka dan meningkatkan jumlah patroli sepanjang perbatasan. Wadi Khaled dan sebagian besar desa-desa tetangga yang dihuni oleh Sunni dan pendukung Gerakan Masa Depan, yang terus waspada terhadap aksi penyusupan. "Darah kami milik Saad Hariri dan kami dengan bersama pemberontakan Suriah seratus persen," kata Ali, seorang pemuda yang duduk sepeda motor buatan Suriah yang digunakan alat transportasi di wilayah Wadi Khaled.
Penduduk setempat mengatakan mereka sedang memantau perbatasan, karena kawatir ada penyusup dari Suriah yang mereka yakini akan berusaha untuk menciptakan konflik di Libanon. Beberapa anggota Fatah al-Islam, sebuah faksi yang terinspirasi Al-Qaeda-yang berjuang melawan pasukan Libanon di kamp pengungsi Palestina di utara Libanon pada 2007, memasuki Libanon melalui distrik Wadi Khaled. "Kami akan membiarkan Sunni pengungsi datang ke sini, tapi kami tidak akan mengizinkan Alawi masuk," kata Ali, Alawi adalah dari Islam Syiah yang pengikutnya menjadi tulang punggung rezim Suriah.
Masuknya orang-orang ke Suriah melalui perbatasan Libanon, terutama kalangan Sunni yang ingin membantu gerakan penentang rezim Bashar al-Assad, sangat mengkawirkan rezim Assad, yang sudah berkuasa selama lebih setengah abad. Sekarang Bashara al-Assad sudah mencabut udang-undang darurat, tetapi rakyat masih tetapa tidak puas, dan ingin mengakhiri rezim Alawiyin. (eramuslim)