Perang Irak, Afganistan dan anti terorisme membuat para prajurit yang terbaik Inggris merasa terlalu takut untuk melamar sebagai anggota pasukan elite, SAS. Hal itu diungkapkan oleh seorang personel senior pasukan khusus tersebut.
Dalam sebuah surat internal, kepala pasukan infanteri, Brigadir Richard Dennis, juga mengatakan bahwa posisi pasukan elite tersebut dalam militer Inggris semakin sulit karena operasi-operasi yang paling menarik, seperti di Afghanistan, tidak lagi dianggap sebagai lahannya pasukan khusus.
SAS, yang berperan penting di Afghanistan dan Irak serta operasi anti-terorisme, kabarnya kekurangan sepertiga tenaga di garis depan.
Meski rincian catatan SAS dirahasiakan, kabarnya di tubuh SAS juga jatuh korban dalam jumlah yang sama tingginya dengan satuan militer lain, termasuk dalam sebuah peristiwa tahun lalu di Afghanistan saat ada delapan orang prajurit yang luka parah akibat serangan tunggal.
Dalam suratnya kepada kepala militer Jenderal Sir Peter Wall, Brigadir Dennis menyebutkan bahwa dirinya amat khawatir dengan tantangan memimpin SAS dan diperlukan tindakan mendesak untuk memperbaiki kualitas calon personel.
Dennis mengutip ucapan 22 orang personel Resimen Khusus Pasukan Udara yang mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak sukarelawan yang muda dan berkualitas.
Brigadir Dennis menambahkan, "Saya merasa puas, meskipun ada kebutuhan untuk menghindari kepuasan, bahwa komunitas infanteri mengirimkan para prajurit dan personel sukarelawan untuk diseleksi."
"Saya tidak yakin bagaimana cara kami menjamin kualitas lebih baik untuk meningkatkan tingkat kelulusan seleksi," tambahnya.
"Memang, agar langkah yang diambil berhasil, mungkin Anda akan menganggap tindakan yang diambil militer penting untuk meningkatkan keberhasilan seleksi dan kualitas pasukan khusus," katanya.
Brigadir Dennis menambahkan bahwa banyak prajurit yang merasa khawatir melamar SAS karena ketakutan untuk gagal masih tetap besar. Ia juga mengatakan bahwa para komandan harus melihat para calon anggota yang potensial.
Patrick Mercer, seorang anggota parlemen Partai Konservatif dan mantan personel militer, mengatakan bahwa hal itu akan menjadi "hantaman menakutkan" bagi gengsi Inggris jika pasukan khusus Inggris lemah.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, "Biasanya, kami tidak memberikan komentar perihal pasukan khusus, dan kami tidak melihat ada alasan mengubah kebijakan itu dalam hal ini."
Sebelumnya, tiap tahunnya, ada sekitar 150 orang yang melamar untuk bergabung SAS, dan hanya sekitar satu dari sepuluh yang lolos dari proses seleksi yang ketat.
Tapi, pada 2009 saja angkanya turun menjadi 93 orang pelamar, dan hanya delapan yang lolos.
Para petinggi militer mengatakan bahwa para prajurit terlalu banyak melihat pertempuran di Afghanistan sehingga bergabung dengan SAS tidak lagi menggiurkan. Dalam masa kampanye menjaga perdamaian di Balkan pada 1990-an, menjadi bagian dari resimen tersebut diaggap sebagai cara untuk bisa bertempur.
Tapi, karena pertempuran di Afghanistan begitu intens, maka tidak lagi banyak prajurit yang ingin bergabung dengan pasukan khusus. (SMcom)