6 Apr 2011

NATO dan Bom Uranium di Libya

ImageSerangan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke Libya menuai banyak kritik dan kecaman. Apalagi NATO menyerang Libya menggunakan bom yang mengandung uranium meski berkadar rendah. Selain meninggalkan kerusakan ekosistem, bom-bom uranium NATO juga mengakibatkan bibit penyakit bagi beberapa generasi mendatang. Tak hanya itu, tindakan NATO di Libya telah merusak sumber daya manusia negara ini. Langkah tersebut merupakan tindakan tak manusiawi pasukan NATO dan patut mendapat kecaman luas.


Menurut sejumlah laporan, pasukan NATO dalam operasi militernya di Libya menggunakan uranium yang diperkaya rendah. Laporan pengamat militer di Kantor Berita Ria Novosti menujukkan bahwa pasukan NATO menggunakan bom yang memiliki uranium berkadar rendah guna menghancurkan dengan cepat tank dan kendaraan lapis baja militer Diktator Libya, Muammar Gaddafi. Menurutnya hanya Amerika yang memiliki senjata pemusnah kendaraan lapis baja. Oleh karena itu, wajar jika mereka menggunakan senjata uranium berkadar rendah.


Dalam laporannya, analis ini mengajukan bukti dari sejumlah media di Libya bahwa bom uranium yang dijatuhkan di negara ini berbobot sekitar dua ton. Menurutnya, uranium akan berubah menjadi uap jika terkena hawa panas. Jika hal ini terjadi maka uranium akan menjadi racun dan menjadi sumber kanker. Selain itu, tidak ada masker yang mampu melindungi manusia dari uap uranium ini. Mereka yang menghirup uap ini tidak akan mampu memiliki anak yang sehat dan selamat secara genetik. Ia pun meminta segera dilakukan gencatan senjata serta mencegah penggunaan senjata mematikan ini di Libya.


Sementara itu, serangan NATO ke Libya kian gencar di saat rakyat revolusioner Libya menguasai sejumlah besar wilayah di negara ini. Di sejumlah wilayah masih terjadi bentrokan sengit antara pasukan pro Gaddafi dan rakyat.


Adapun Amerika Serikat disebut-sebut sebagai satu-satunya negara yang banyak memanfaatkan uranium dalam sistem persenjataannya. Dalam konferensi ICBUW tahun 2000 di Spanyol disebutkan bahwa AS tercatat produsen dan pengekspor terbesar senjata terlarang di dunia. Amerika selama 50 tahun melengkapi sistem persenjataannya dengan senjata terlarang. Selain itu, pakar lingkungan hidup dan kesehatan menyebutkan senjata yang mengandung uranium akan meninggalkan dampak negatifnya selama empat miliar tahun serta dapat memusnahkan beberapa generasi manusia.


Mengingat bahayanya senjata uranium, maka serangan NATO ke Libya dengan dalih membantu rakyat revolusioner yang menggunakan bom-bom uranium sebesar 60 persen mampu memusnahkan beberapa generasi Libya. Di sisi lain, dengan terjadinya kekacauan di Libya dan keluarnya sejumlah teknisi minyak dari negara ini, maka Barat memiliki kesempatan untuk mengisi kekosongan tersebut dan menguasai minyak di negara Afrika Utara ini. Inilah tujuan sejati dari intervensi militer NATO di Libya. Sekali lagi, minyak menjadi ajang perang di negara-negara kaya minyak dan menjadi dalih bagi negara asing untuk menjajah.(irib)