Jika ada negara tidak mempunyai pemerintahan, itulah Belgia, Negara yang terpecah oleh ketegangan etnis serta utang publiknya hampir sama besar dengan produk domestik bruto. Negara ini berada di tengah krisis politik yang begitu dalam. Pekan ini Belgia melewati Irak sebagai negara pada zaman modern yang politisinya perlu waktu terlama untuk membentuk sebuah pemerintahan.
Walau demikian, layanan bus umum berjalan tepat waktu. Sampah diambil dua kali sepekan. Ekspor obat, kabel baja, cokelat, dan bir tidak terganggu.
Memerintah bukan hal mudah. Dalam setahun terakhir, hal itu kadang tampak mustahil. Tanyakan saja kepada penguasa Afrika Utara yang setelah melewati stabilitas menghadapi pemberontakan rakyat yang menuntut penggulingan rezim. Di AS, dua partai besar menjadi korban dengan cara berbeda akibat gerakan Tea Party. Di Eropa, Pemerintah Inggris dan Irlandia tergusur setelah tertimpa krisis keuangan. Bulan ini, pemerintahan Portugal runtuh.
Di Belgia, partai-partai dari warga penutur bahasa Belanda dan Perancis tidak bisa bersepakat soal pembentukan pemerintahan. Mereka berbeda pendapat mengenai kekuasaan apa yang harus didelegasikan dari pusat ke daerah-daerah. Namun, ketiadaan pemerintahan nyaris tak mendapat perhatian.
Lebih dari sembilan bulan setelah pemilu pada Juni 2010, percakapan di bar dan kafe hanya sesekali menyinggung keadaan politik negara itu. ”Kami tak lagi terlalu mengikuti itu,” kata seorang bartender di kota Mechelen.
”Ini adalah sebuah krisis tanpa penonton,” kata Carl Devos, guru besar ilmu politik di Universitas Ghent. ”Ini sedikit absurd.”
Dalam dunia yang penuh pergolakan, kenyataan bahwa salah satu negara demokrasi tertua terus berjalan tanpa kepemimpinan politik sah adalah luar biasa, kalau warga negaranya tidak beranggapan demikian.
Belgia memegang jabatan sebagai Ketua Uni Eropa selama enam bulan tahun lalu dengan sebuah pemerintahan sementara. Pemerintah yang sama telah merencanakan anggaran tahun 2011 dan mengirim jet-jet tempur untuk memainkan peran dalam menjamin zona larangan terbang di atas Libya. Dalam tiga bulan pertama tahun 2011, negara itu mencapai hampir setengah dari targetnya untuk penerbitan obligasi tahun ini.
Tak terpikirkan
Apakah sebagian negara berjalan lebih baik tanpa sebuah pemerintah? Bisakah dunia belajar sesuatu dari pengalaman Belgia?
Satu hal yang pasti, ketiadaan pemerintah bisa berarti lebih murah. Pemerintah baru membawa proyek-proyek baru dan biaya-biaya baru. ”Satu konsekuensi dari ketiadaan pemerintah adalah biaya untuk pengeluaran publik tidak begitu tinggi,” kata Philippe Ledent, ekonom pada perusahaan jasa keuangan ING Belgia. ”Untuk jangka pendek, tidak ada efek negatif. Saya rasa bisa ada efek negatif pada rasa percaya diri, tetapi pada akhirnya itu terbatas.”
Pasar keuangan terguncang oleh kelumpuhan politik Belgia pada akhir November 2010 dan awal Januari 2011, tetapi sejak awal Februari 2011 pasar keuangan tenang.
Walau utang publik Belgia ada di atas rata-rata zona euro, negara itu belum melakukan langkah pengetatan seperti yang terjadi di negara-negara Eropa lain karena tidak ada pemerintah untuk memberlakukannya.
”Saya dengar sebuah pemerintahan sementara adalah yang terbaik yang bisa Anda dapatkan karena sangat kecil kemungkinan meningkatkan pajak,” kata Rudy Andeweg, profesor ilmu politik pada Universitas Leiden.
Salah satu rahasia stabilitas Belgia adalah kuatnya kebiasaan. Seperti tetangganya, Belanda, negara dengan 11 juta penduduk itu terbiasa mempunyai pemerintah sementara untuk waktu yang panjang.
Perwakilan proporsional—yang memberikan kursi parlemen kepada partai-partai berdasarkan perolehan suara dan bukan menyerahkan semua kekuasaan kepada pemenang keseluruhan pemilu—membuat pemerintah biasa memerintah dalam koalisi, dan koalisi perlu waktu untuk dibentuk (kompas)