26 Mar 2011

Serangan Barat Ancaman Bagi Situs Sejarah Libya

ImageKonflik yang berkepanjangan antara pasukan sekutu dan rezim Gaddafi merupakan ancaman bagi situs warisan sejarah Libya. Hal ini mengundang keprihatinan dari UNESCO seperti yang terjadi di Jalur menuju Kuil Aesculapius yang terlupakan di Al Bayda tertumpuk dengan batu dan sampah.


Domba tertidur di bawah pohon juniper, tulisan grafiti mencoreng bangunan di dekatnya dan, di kejauhan, rumah keluarga Safia Farkash, istri pemimpin Libya Moamer Gaddafi, berdiri di lereng bukit.


Sisa-sisa Kuil Aesculapius, sebuah sekolah kedokteran yang dibangun pada 4 BC, merupakan salah satu khasanah budaya timur Libya dan salah satu situs warisan yang terancam oleh konflik yang sedang berlangsung.


Sebelumnya, adalah kurangnya dana Departemen Kepurbakalaan yang menimbulkan keraguan terhadap kelestarian situs dengan tiang marmer putih, yang diatapi dengan ukiran dari obat ajaib kuno Silphium.


Divisi PBB yang bergerak di bidang pendidikan, budaya dan ilmiah, UNESCO, mengatakan pemerintah Libya dan pasukan sekutu yang menerapkan zona larangan terbang harus menghormati situs-situs budaya yang kaya.


Organisasi ini telah mendesak semua pihak untuk menjaga operasi militer agar menjauh dari situs warisan tersebut.


"Kami meminta pasukan koalisi dan pemerintah Libya untuk menjaga operasi mereka untuk tetap dari situs-situs budaya yang penting," kata Lucia Iglesias, pejabat pers untuk UNESCO.


"Kami melakukan hal yang sama di Irak ketika mulai ada konflik," katanya.


Portofolio peninggalan arkeologi dan budaya Libya yang luas dan jarang dikunjungi termasuk kota Romawi kuno Leptis Magna, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO 130 kilometer timur dari Tripoli.


Pasar, amphitheater, tempat pemandian dan bahkan fasilitas toilet kuno di kota kuno itu sebagian besar tetap utuh.


UNESCO prihatin tentang Magna Leptis dan situs lain pada Daftar Warisan Dunia, termasuk pos perdagangan Fenisia di Sabratha, kota gurun tua Ghadames - di bawah kendali pemerintah - dan reruntuhan kuno Yunani dan Romawi di Kirene.


Di perbatasan Aljazair di Tassili N'Ajjer, situs seni batu Tadrart Acacus juga mengundang kekhawatiran. Di sini, lukisan gua kuno tersebut diyakini menggambarkan kehidupan di Sahara sejak 12.000 SM.


Sekitar 85 kilometer timur Benghazi, monumen dan kuil Kirene duduk di atas sebuah bukit curam yang mengesankan dan terlihat bagai tumpahan bugenvil atas Mediterania.


Selama abad ke-4 SM kota itu merupakan kota paling penting di dunia Yunani, sebuah pusat kebudayaan yang sering dikunjungi oleh Socrates dan rumah bagi Aristippus, salah satu pendiri dari pemikiran awal hedonisme.


Sampai saat ini, situs tersebut menarik sejumlah kecil wisatawan yang datang untuk mengambil keuntungan dari kurangnya orang banyak dan menonton upaya penggalian yang sedang berlangsung.


Mohamed Fes, pemandu wisata di Kirene, mengatakan jumlah wisatawan meningkat sampai saat ini. "Kami berharap bahwa meningkatnya jumlah wisatawan akan berarti lebih banyak dana untuk menjaga situs Libya dalam kondisi baik," katanya. "Itulah yang sekarang beresiko."


Di dalam museum, patung-patung kuno dan patung-patung Marcus Aurelius dan Jupiter terkunci rapat.


Dalam bayangan dari Kirene, jalan pegunungan yang rapat berputar turun ke Apollonia, bekas pelabuhan kota kuno itu. Tiang marmer bersinar di bawah matahari dan angin berhembus melalui sisa-sisa reruntuhan gereja, penggilingan zaitun dan dua amphitheatre.


Namun kelompok wisatawan tidak lagi datang, dan Hotel Al-Manara, yang tampak di atas pelabuhan kuno, telah menutup pintunya.


Pariwisata telah menjadi korban lain dari konflik tersebut.


Penggalian arkeologi yang direncanakan untuk 2011 oleh universitas-universitas di Italia dan Polandia telah ditahan, dan dana tidak akan dialihkan ke Departemen Kepurbakalaan selama kerusuhan berlangsung.


"UNESCO sedang mencoba untuk melakukan apa yang kita dapat lakukan selama ini," kata Jan Hlavik, dari Divisi Museum dan Budaya UNESCO.


"Kami berusaha untuk mengurangi risiko ke situs-situs dan lainnya di Libya dan telah mengirimkan informasi kepada negara-negara koalisi dan mendesak mereka untuk memperhitungkan situs budaya selama perencanaan militer," katanya.


Delapan dari 10 negara koalisi tunduk pada Konvensi Den Haag 1954 untuk Perlindungan Properti Budaya dalam Situasi Konflik Bersenjata. Konvensi itu memastikan bahwa monumen arsitektur sejarah dan seni diawetkan selama masa perang.


Tapi Inggris dan Uni Emirat Arab tidak diatur oleh konvensi itu.


'Inggris Raya dan Uni Emirat Arab harus tunduk dengan aturan hukum humaniter internasional," kata Hlavik."Salah satunya adalah untuk menghormati hak milik budaya, tidak menargetkan itu dan tidak menggunakannya untuk keperluan militer."(SMcom)

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Serangan Barat Ancaman Bagi Situs Sejarah Libya Deskripsi: Konflik yang berkepanjangan antara pasukan sekutu dan rezim Gaddafi merupakan ancaman bagi situs warisan sejarah Libya. Hal ini mengundang k... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►