Keputusan Presiden Mesir Hosni Mubarak tidak mundur dari jabatannya sebagai presiden, dan mengalihkan kekuasaan kepada Wakil Presiden Omar Suleiman, sontak membangkitkan kemarahan demonstran pro-demokrasi, bahkan Presiden Amerika Serikat Obama dan Negara-negara Barat mengecamnya.
Tidak hanya itu, keputusan Mubarak ini justru semakin menempatkan dirinya sebagai sasaran kecaman rakyatnya sendiri, bahkan mitranya di pemerintahan Mesir dan sekutu asing.
Sekitar sejam sebelum Mubarak berpidato pada Kamis Malam (Jumat pagi WIB) yang disiarkan secara langsung oleh TV Nasional Mesir, pihak militer mengatakan presiden akan memenuhi tuntutan demonstran anti-pemerintah untuk mengundurkan diri segera.
Sekretaris jenderal Partai Demokratik Nasional Safwat el-Sherif telah mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan Mubarak tetap bertengger sebagai presiden pada hari Jumat.
Pemerintah AS juga meningkatkan tekanan terhadap Mesir untuk menangani kekhawatiran demonstran.
Mubarak menyatakan tidak akan mengundurkan diri setelah tiga dekade berkuasa dan mengalihkan beberapa otoritas kepada Wakil Presiden Omar Suleiman.
Presiden AS Barack Obama mengatakan transisi kekuasaan tidak cukup dan Kairo harus meretas jalan yang jelas menuju demokrasi.
Uni Eropa mengecam keputusan Mubarak yang tetap memanggu jabatan sebagai presiden dengan mengatakan presiden Negeri Piramida ini gagal membuka jalan bagi reformasi cepat.
The Washington Post melaporkan, Binyamin Ben-Eliezer, anggota Partai Buruh Israel mengatakan dirinya telah berbicara kepada Mubarak, beberapa jam sebelum ia berpidato pada Kamis (10/2) kemarin. Ben-Eliezer mengatakan kepada Radio militer pada Jumat (11/2) bahwa Mubarak mengetahui "ini adalah akhir dari perjalanan" dan hanya menginginkan "untuk meninggalkan ini dengan baju yang terhormat."
Anggota parlemen oposisi dan mantan Menteri Pertahanan Shaul Mofaz mengatakan kepada stasiun yang sama pada Jumat bahwa Mubarak ingin "menyelesaikan di kaki mereka, bukan lutut."
Sementara itu, Mohamed ElBaradei, seorang tokoh oposisi terkemuka menyerukan tentara untuk campur tangan dalam "menyelamatkan Mesir dari bencana." ElBaradei mengatakan "pidato Mubarak adalah sebuah tindakan penipuan dalam skala besar. Mantan Dirjen IAEA ini memperingatkan hal itu akan mengarah pada kekerasan.
Hari ini, para pengunjuk rasa berjanji akan menggelar protes paling spektakuler di Kairo pada demi menuntut turunnya Mubarak dan wakilnya yang baru saja diangkat.
Setidaknya 300 orang tewas dan ribuan lainnya cidera dalam aksi protes nasional mendesak lengsernya Mubarak.
(IRIB/PH/NA)