Peningkatan dramatis kasus kanker, kemandulan, dan kelahiran tak normal di selatan Tepi Barat dikatakan terkait dengan kebocoran uranium di pembangkit listrik tenaga nuklir Dimona.
Di desa-desa yang terletak di selatan Tepi Barat, jumlah kasus kanker, kemandulan, dan gangguan jiwa melonjak, terutama di desa Avaria, yang memiliki populasi lebih dari 35.000 jiwa. Ilmuwan internasional telah menyelidiki anomali itu untuk menemukan alasan di baliknya.
"Selama 20 tahun terjadi peningkatan tajam dalam kasus gangguan tiroid, kemandulan, kelahiran tak normal, dan kanker," ujar Mahmoud Sa’adeh, dari 10.000 dokter internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir, dalam sebuah wawancara.
"Salah satu kasus adalah seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang mengalami kanker jantung. Penyakit ini terjadi pada satu dari seratus juta orang jadi termasuk sangat langka. Anak itu meninggal baru-baru ini," ujarnya.
Kelompok itu, dengan bantuan Universitas Al Khalil (Hebron), mempelajari kemungkinan dampak dari reaktor Dimona Israel, yang berlokasi di gurun pasir Negev, sekitar 30 km dari desa Avaria.
Gubernur Al Khalil, Kamel Hemed, mengatakan, "Tahun lalu kami membunuh lebih dari 2.000 ekor anjing di wilayah kami. Mereka berperilaku tidak normal dan sangat agresif dan berukuran sangat besar."
"Kami tidak memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk menyelidiki masalah ini dan kami juga dilarang pergi ke area perbatasan. Kami telah meminta organisasi internasional untuk mengintervensi," tambahnya.
Uranium di area itu telah diuji coba sepuluh kali lipat dari konsentrasi yang diijinkan oleh Universitas Khalil. Unsur-unsur thorium dan sesium mengikuti pola hasil yang sama. Sesium hanya muncul dari ledakan nuklir atau aktivitas nuklir dan 12 hingga 30 kali lipat dari konsentrasi yang diijinkan di lima desa Palestina.
"Limbah nuklir dari pembangkit tenaga listrik Dimona dikubur di bawah tanah Palestina dan dalam beberapa kasus di bawah pemukiman Israel. Di pemukiman terdekat, setidaknya terdapat 20 kasus kanker. Mereka terlalu takut untuk bersuara. Setiap orang di sana mendapatkan sekitar 20.000 dolar AS per bulan dari pemerintah Israel agar tetap diam," ujar Sa’adeh.
"Israel membayar 11 dolar per barel untuk mengubur limbah dengan cara itu. itu akan membuat mereka harus mengeluarkan lebih dari 5.000 dolar per barel jika dibuang sesuai hukum di negara lain seperti Mauritania atau Somalia," tambahnya.
Juga telah diamati bahwa area sekitar saat ini memiliki sistem ekologi yang tidak seimbang di mana reptil dan tumbuh-tumbuhan hampir tidak ada, digantikan oleh meningkatnya jumlah kecoak, kalajengking, dan serangga lain yang terkenal tahan radiasi. (Suaramedia.com)