Agen Kepolisian Internasional (International Police –Interpol) telah mengeluarkan sebuah perintah penahanan global untuk Presiden Tunisia yang digulingkan, Zine El Abidine Ben Ali dan beberapa anggota keluarganya.
Markas besar Interpol di Perancis, meminta para anggotanya untuk membawa informasi tentang orang-orang yang sekarang dicari tersebut.
Biro Tunis Interpol memberlakukan perintah penahanan tersebut pada Rabu (26/1) dan mendesak 188 anggotanya untuk mencari, meletakkan dan menahan Ben Ali dan enam anggota keluarganya, kantor berita Associated Press memberitakan.
Peringatan tersebut menyusul adanya sebuah perintah penahahan oleh pemerintah interim negara tersebut untuk penguasa yang telah digulingkan tersebut.
Menteri Kehakiman Tunisia, Lazhar Karoui Chebbi mengatakan bahwa Ben Ali dan para kerabatnya dicari atas dakwaan membawa uang keluar dari negara tersebut mendapatkan real estate dan aset lainnya di luar negeri secara ilegal.
Istri Ben Ali, Leila, yang juga berada dalam daftar tersebut, dikatakan oleh media Perancis telah sengaja meninggalkan negara tersebut dengan emas seharga jutaan dolar.
Tertuduh tersebut diyakini memiliki berbagai macam aset di Perancis, di mana para penuntut telah meluncurkan sebuah penyelidikan ke dalam harta benda keluarga tersebut.
Pengumuman tersebut datang di tengah-tengah perselisihan di antara pasukan kepolisian dan para pemrotes yang berkemah di depan kantor Perdana Menteri Mohammed Ghannaouchi di ibukota Tunisia tersebut.
Para pemrotes geram pada pencatuman Ghannouchi dan anggota lainnya dari mantan pemerintahan di pemerintahan transisional tersebut.
Perdana menteri tersebut telah bersumpah untuk mengakhiri karir politiknya setelah pemilihan yang berlangsung dalam enam bulan, namun telah bersikeras bahwa kehadirannya dibutuhkan untuk membantu negara tersebut melalui jalan menuju demokrasi.
Sementara itu, Persatuan Umum Para Pekerja Tunisia melakukan sebuah serangan nasional pada Rabu (26/1) waktu setempat untuk menekan pemerintahan interim agar mengundurkan diri. Para guru dan para mahasiswa juga telah memulai sebuah serangan yang berakhir terbuka.
Duta besar Tunisia untuk Jepang juga telah mengundurkan diri dalam menunjukkan sebuah solidaritas dengan revolusi populer tersebut.
Kediktatoran Ben Ali selama 23 tahun tersebut, dicemari dengan pelanggaran hak-hak asasi manusia dan dugaan penyiksaan, berakhir pada awal bulan ini ketika ia meninggalkan negara Afrika Utara setelah berminggu-minggu adanya protes jalanan. (Suaramedia.com)