Pemerintah Inggris memilih sistem senjata nuklir Trident karena sistem tersebut diperkirakan dapat menghabisi hingga 10 juta orang Rusia dan menyebabkan "kerusakan yang tak dapat diterima" terhadap bekas negara Uni Soviet, demikian diungkapkan dalam dokumen-dokumen pemerintahan Inggris yang ditulis pada 1970-an.
Kalkulasi mengerikan yang mendukung keputusan menggantikan rudal-rudal Polaris dengan Trident pada tahun 1980 tersebut diungkapkan dalam sebuah memo Kementerian Pertahanan yang dilabeli "pribadi dan amat rahasia."
Dalam memo tersebut, dituliskan bahwa jika terjadi perang nuklir, maka Inggris harus bersiap "untuk menyelesaikan apa yang telah kita mulai."
Dokumen-dokumen Kementerian Pertahanan lainnya mengungkapkan peningkatan ketegangan internasional dalam Perang Dingin antara blok Soviet dan Barat.
Pada tahun 1979, pasukan Uni Soviet menginvasi Afghanistan, memicu embargo perdagangan dari AS dan boikot massal terhadap Olimpiade Moskow pada 1980.
Di saat yang bersamaan, arah politik Barat bergeser ke kanan seiring dengan terpilihnya Margaret Thatcher sebagai perdana menteri Inggris pada 1979 dan Ronald Reagan sebagai presiden AS pada 1981. Reagan pernah menyebut Uni Soviet sebagai "kekaisaran jahat" dan memprediksikan bahwa komunisme akan terasing dalam sejarah.
Memo rahasia tersebut ditulis pada 18 Desember 1978 oleh mendiang pakar nuklir senior Michael Quinlan yang menjadi sekretaris permanen di Kementerian Pertahanan. Dia menanggapi dokumen internal oleh David Owen, menteri luar negeri kala itu asal Partai Buruh yang menyatakan bahwa pilihan nuklir Inggris dapat direduksi.
Mereka tidak sepaham terkait banyaknya warga Soviet yang perlu diancam bunuh oleh Inggris demi merintangi serangan dari Uni Soviet.
Quinlan mengatakan bahwa Owen menyarankan ancaman terhadap satu juta penduduk.
Tapi, Quinlan mengatakan, sebuah pencegahan yang efektif membutuhkan jumlah yang jauh lebih besar dari itu, yakni hingga 10 juta warga yang diancam akan dihabisi. "Ambang batas ketakutan" Uni Soviet berbeda dari Inggris karena mereka telah kehilangan lebih dari 20 juta orang dalam Perang Dunia II.
"Dalam hal ini tidak ada yang dapat dibuktikan, tapi masih belum jelas apakah mereka akan menganggap jumlah 1 persen dari penduduk mereka sebagai harga yang pantas dipertimbangkan untuk merenungkan kembali penaklukan Eropa Barat," tulis Quinlan.
"Selain itu, yang masih belum jelas adalah, apakah mereka akan menganggap serius sebuah negara yang lebih memilih pembakaran ketimbang penaklukan untuk melakukan serangan yang sederhana," tambahnya.
Pencegahan nuklir tersebut dirumuskan agar Inggris dapat "menjalankan strategi dan melakukan kerusakan strategis yang tak dapat diterima, untuk menyelesaikan apa yang telah kita mulai," tulis Quinlan. Menurutnya, pendapat Owen "tak dapat diterima" dan "dangkal."
Dokumen "amat rahasia" lainnya berupaya mendefinisikan tingkat kehancuran yang dipersiapkan AS terhadap kota-kota Rusia seperti Moskow dan St. Petersburg. Dokumen tersebut dipersiapkan para pejabat pada 1978 untuk kepala penasihat ilmiah Kementerian Pertahanan Inggris, Profesor Sir Ronald Mason.
Kerusakan terhadap kota-kota tersebut dapat dilakukan melalui penghancuran struktural 40 persen bangunan di sebuah kota. Jika bom-bom diledakkan di udara, hal itu dapat menewaskan sedikitnya 40 persen penduduk. Tapi, dokumen tersebut menyebutkan bahwa 30 persen penduduk kota dapat dievakuasi ke bunker bawah tanah. Hal itu akan melindungi para penduduk dari ledakan bom di udara, tapi tidak akan mampu mencegah bom yang diledakkan di tanah.
"Ledakan di tanah akan menimbulkan radiasi sebesar 55-60 persen yang cukup untuk menyebabkan orang-orang menjadi lemah dan akhirnya mati. Hal itu juga akan mengakibatkan kontaminasi terhadap makanan, air, udara, serta bangunan-bangunan yang rusak atau tidak," tulis dokumen itu.
Dokumen-dokumen tersebut ditemukan di Badan Arsip Nasional di London oleh Brian Burnell, seorang mantan teknisi desain senjata nuklir yang kini meneliti sejarah nuklir.
Meski pemerintahan Partai Buruh mempertimbangkan cara mengganti rudal balistik Polaris yang ditembakkan dari kapal selam, hal itu disetujui pada 1979 sebelum keputusan apa pun diambil. Rencana Kementerian Pertahanan untuk Trident kemudian direstui Thatcher pada 1980.
Lord Owen yang kini membela partai lain di parlemen, meninggalkan Partai Buruh. Keputusan itu sebagian dikarenakan kebijakan antinuklirnya. Owen membantu mendurukan Partai Sosial Demokrat pada 1981.
Berbicara kepada Guardian pekan lalu, Owen mempertahankan perndapatnya dan membantah pendapat Quinlan. Ia menuding Quinlan merupakan bagian kalangan elite Kementerian Pertahanan yang berulang kali menyembunyikan informasi dari para menteri mengenai senjata nuklir Inggris. (Suaramedia.com)