Sebuah sekolah agama membimbing dengan menggunakan contoh dalam menciptakan toleransi di Inggris yang multikultural, dengan sebuah program yang unik untuk menanamkan dalam menghormati para siswa dan memahami perbedaan agama, dan teladan tersebut membuktikan sebuah keberhasilan membimbing sekolah lain di seluruh negeri tersebut.
"Hal ini banyak tentang mengangkat siswa dan memberdayakan mereka untuk membuat pilihan mereka sendiri dan membentuk pandangan mereka sendiri,"Pendeta Ken Johnson dari Sekolah Bluecoat di kota Nottingham, mengatakan pada kantor berita harian This Is Nottingham pada Rabu waktu setempat.
"Ini mengenai mengatakan kepada mereka bahwa apapun pandangan tersebut, mereka adalah sama dan kami menerima mereka dan memperlakukan mereka dengan rasa hormat bahkan jika kami sendiri tidak memeluk pandangan tersebut."
Bluecoat, sebuah Gereja Sekolah Inggris, telah mengatur sebuah program inovatif yang mengajarkan para siswa tentang agama-agama yang berbeda.
Sekolah tersebut, yang teridri dari pusat sumber-sumber studi keagamaan terbesar di seluruh daerah East Midlands, Inggris, mengadakan kursus-kursuS dan loka karya tentang enam agama – Islam, Hindu, Sikhisme, Budha, Kritstianitas dan Yahudi.
Program tersebut juga melihat para pejabat sekolah medirikan sebuah ruangan doa multi-agama, yang dibangun menghadap kota suci umat Muslim, Mekkah, dan yang memiliki sebuah ruangan untuk para pengikut setiap agama untuk berdoa.
"Ini adalah sebuah hal yang kecil yang dapat membuat sebuah perubahan yang besar seperti ketika saya memberikan Lembaran Doa, saya memastikan bahwa saya menggunakan kata Tuhan, bukan Yesus, sehingga semua orang merasa bahwa mereka dapat berdoa untuk sesuatu," Pendeta Johnson mengatakan.
Para pejabat mengiyakan bahwa apa yang mengkarakteristikkan program tersebut adalah program tersebut mengajarkan pada siswa tentang harmoni dan toleransi melalui pengalaman keagamaan yang interaktif.
Sesi interaktif termasuk menciptakan sebuah tempat untuk beribadah, sebuah presentasi tentang tempat-tempat suci untuk agama yang berbeda.
Dalam satu loka karya interaktif, para murid mengenakan pakaian tradisional sebuah agama tertentu, yang lainnya, tas-tas 'kantung', para murid menempatkan tangan mereka di dalam sebuah tas yang berisikan sebuah barang keagamaan yang kemudian mereka harus menggambarnya melalui sentuhan, tanpa dilihat.
"Kita harus membuat agama menyenangkan dan berbeda dan penggunaan buku-buku menurun, jadi pendekatan interaktif sangat penting."
"Namun ini juga mengenai membuatnya menarik dan nyata dan memperbolehkan anak-anak untuk menjelajahi dan merasakan agama yang berbeda untuk diri mereka sendiri."
Menurut Kantor Statistik Nasional, lebih dari tujuh dari sepuluh warga Inggris Raya, sekitar 72 persen populasi mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai umat Kristen.
Islam adalah agama kedua yang paling umum dengan hampir 3 persen menggambarkan agama mereka sebagai Muslim, kemudian Hindu, Sikh dan Yahudi.
Sekolah tersebut telah menetapkan sebuah contoh untuk sekolah lain di Inggris yang berusaha untuk mengikuti pengajaran yang sesuai kepada siswa mereka tentang agama lain.
"Kata-kata tentang apa yang kami lakukan telah benar-benar menyebar baru-baru ini,"Johnson mengatakan.
Sekolah tersebut telah mengambil menjadi 1.400 murid di seluruh negeri di 17 sekolah yang berbeda, banyak dari mereka di daerah-daerah tersebut yang memiliki masalah dengan toleransi.
Pendeta Johnson, yang juga bekerjasama dengan Dewan PendirianPenasihat untuk Pendidikan Keagamaan (Standing Advisory Council for Religious Education – SACRE), telah diminta untuk mengambil inisiatif untuk sekolah-sekolah sejauh provinsi Lincolnshire di timur Inggris.
"Pergi keluar ke sekolah-sekolah dasar di Nottingham atau mengundang mereka ke sini, sekarang kami akan menuju ke Lincolnshire untuk mengembangkan pengajaran RE di sana.
Namun apa yang para pejabat anggap sebagai bukti keberhasilan yang paling bersinar adalah siswa mereka sendiri.
"Kami memiliki para siswa di sini yang telah menjadi lebih aman dalam agama mereka seperti Kristianitas, orang-orang yang sedang berada dalam sebuah perjalanan eksplorasi dan kami telah memiliki satu siswa yang berpindah agama memluk Islam," Pendeta Johnson menambahkan.
Para siswa seperti Sally Morton, 15 tahun, adalah sebauh kasus dalam inti pembicaraan Johnson.
Siswa kelas 11 tersebut mengatakan bahwa ia mendapatkan mafaat dari program tersebut yang meningkatkan perasaan penyertaan dan penerimaan.
"Sekolah tersebut begitu berbeda," ia mengatakan. "Budaya yang kita pelajari adalah cemerlang."
Walaupun ia sendiri tidak religius, Morton mengatakan bahwa oa tidak akan pergi ke sebuah sekolah yang tidak religius sekarang setelah menghadiri program Bluecoat.
"Program tersebut membuka mata Anda pada apa yang ada di dunia dan tidak pernah ada diskriminasi di sini."
Sekitar 7.000 sekolah negeri di Inggris adalah sekolah agama – kira-kira satu dari tiga jumlah keseluruhan – mendidik 1,7 juta murid.
Dari 590 sekolah sekunder yang berdasarkan agama, lima diantaranya adalah sekolah Yahudi, dua Muslim dan satu Sikh – sisanya adalah Gereja Inggris, Katolik Roma dan agama Kristen yang lain.(Suaramedia.com)