Para pemimpin Muslim di AS mengundang publik Amerika ke Masjid mereka untuk mendorong sebuah dialog dengan agama lain dan untuk melawan ketegangan anti-Islam.
Menurut para pemimpin Muslim Amerika, ratusan Masjid di seluruh AS membuka pintu mereka minggu ini untuk orang-orang dari semua latar belakang agama untuk mendorong pemahaman antaragama.
Zaheer Uddin, direktur eksekutif Islamic Leadership Council New York, mengatakan sekitar 20 Masjid di kota tersebut menyelenggarakan open house sebagai bagian dari minggu dialog untuk melawan Islamofobia yang berkembang dalam enam bulan terakhir.
Imam Al Amin Abdul Latif, presiden Leadership Council, mengatakan bahwa dialog itu dimaksudkan untuk mendidik masyarakat tentang Islam.
"Kami sangat yakin bahwa ini akan membantu menggagalkan dan menghalangi kebencian terhadap Islam dan kaum Muslim yang disebarkan oleh ekstrimis dan fanatik anti-Islam," ujar Imam Latif.
Para pemimpin Muslim membahas program selama satu minggu itu dan mengatakan ada banyak miskonsepsi tentang Islam, termasuk kepercayaan bahwa Islam mendorong fanatisme dan merupakan agama terorisme.
Menurut Imam Latif, upaya terkoodinir secara nasional untuk memerangi stereotip itu adalah sebuah perluasan dari upaya kaum Muslim sebelumnya di AS untuk bertemu dengan masyarakat umum.
"Seberapa sukses kami akan melaksanakannya, sekali lagi, kami selalu sukses melakukan ini," ujarnya. "Dan saya berharap minggu ini bisa lebih memperluasnya dan berusaha sedikit lebih agresif untuk membuat kaum Muslim melakukannya lebih banyak – itulah masalahnya, kami tidak berbuat cukup banyak. Jadi jika cukup banyak dari kami yang berbuat lebih, ini akan sangat berhasil dalam mendidik masyarakat dan menghilangkan ketakutan terhadap kaum Muslim di Masjid, apa yang terjadi di dalam Masjid."
Seorang pemimpin Muslim mengatakan bahwa keberhasilan tiga acara sebelumnya di New York akhir pekan lalu – di Islamic Cultural Center, Masjid Brooklyn, dan sebuah gereja Protestan – mengindikasikan bahwa program ini telah dimulai dengan baik.
Kelompok-kelompok Muslim AS menyerukan untuk sebuah dialog nasional dalam menanggapi kontroversi seputar rencana pusat budaya Islam dan Masjid di dekat lokasi World Trade Center, Ground Zero.
Berbicara di luar lokasi proyek Masjid, para pemimpin Muslim mengatakan bahwa kebebasan beragama adalah untuk semua orang di Amerika. Mereka menyerukan untuk sebuah Minggu Dialog Nasional untuk memberantas ketidaktahuan dan fanatisme yang menurut mereka memotivasi penentangan terhadap Masjid dan sekolah dari Council on American-Islamic Relations (CAIR), mengatakan tidak adil untuk mengasosiasikan Islamic Center di dekat Ground Zero dengan teroris 11 September.
"Kaum Muslim ada di antara para korban dan di antara perespon pertama," ujar Nihad Awad. "Mari kita juga ingat bahwa dulu pernah ada Masjid di salah satu menara WTC. Jadi, Ground Zero adalah milik kita semua, Ground Zero bukan milik satu kelompok tertentu di Amerika. Ground Zero milik semua warga Amerika, dan kita semua berbagi kesedihan yang sama dan penyembuhan yang sama."
Dalam minggu dialog, yang akan berlangsung mulai tanggal 22 sampai 24 Oktober, Nihad Awad mengatakan bahwa Masjid-masjid di seluruh AS akan diminta untuk membuka pintu mereka bagi non-Muslim yang akan berkunjung.
"Untuk membuat mereka memahami agama Islam dan seperti apa komunitas Muslim Amerika itu," ujarnya. "Kami juga mendorong kaum Muslim untuk mengunjungi tempat ibadah agama lain karena Amerika harus lebih kuat daripada sekarang. Kita tidak boleh memudahkan suara-suara perpecahan untuk memecah belah rakyat Amerika berdasarkan agama dan etnisitas."
Kelompok-kelompok yang terlibat mencakup Islamic Society of North America, Islamic Circle of North America, dan Muslim Alliance of North America. Para pemimpin mengatakan bahwa mereka mendapatkan ide Minggu Dialog Nasional untuk menangani kontroversi Islamic Center itu dalam sebuah pertemuan di New York. (Suaramedia.com)