Umat Muslim di Belanda mengatakan bahwa ucapan-ucapan oleh politikus Geert Wilders telah meracuni sikap-sikap terhadap mereka, membuat mereka merasa tidak disambut dan merasa dalam bahaya, menurut keluhan-keluhan yang diungkapkan atas persidangan pidato kebenciannya pada Rabu waktu setempat.
"Keluarga saya dan saya tidak lagi merasa aman di Belanda karena Wilders terus-terusan membuat ucapan-ucapan yang penuh kebencian tentang orang-orang Islam Belanda," kata salah satu keluhan yang dibacakan oleh hakim. "Ini menjadi semakin menakutkan. … Segera saja anak-anak tidak akan dapat mengatakan bahwa mereka adalah Muslim atau mereka adalah setengah keturunan Moroko," tulis warga tersebut, yang namanya tidak diungkapkan.
Lusinan keluhan yang sama diajukan dengan jaksa penuntut umum yang pada akhirnya menuntun mereka untuk mengajukan tuntutan melawan Wilders, menyebutkan pernyataan yang sering telah ia buat, membandingkan Islam dengan Fasisme, menyerukan sebuah pelarangan pada pendatang Muslim dan pelarangan terhadap Al-Qur’an.
Wilders didakwa dengan menghasut diskriminasi dan kebencian dan dengan menghina sebuah masyarakat atas dasar keagamaan, dapat dihukum sampai satu tahun dalam penjara dan sebuah denda.
Wilders, yang pemilihannya menunjukkan bahwa ia adalah politikus yang paling populer di Belanda, menyangkal adanya tindakannya yang salah. Ia mengatakan bahwa pendapatnya dilindungi oleh kebebasan berbicara dan didukung oleh lebih dari satu juta orang yang memilih dirinya dalam pemilihan nasional pada Juni lalu.
Ia menuduh hakim-hakimnya berprasangka, namun kehilangan sebuah gerakan minggu ini untuk mengganti mereka. Dalam sebuah pernyataan pembukaan pada Senin waktu setempat, ia mengklaim persidangannya adalah politik dan ia akan tetap diam di dalam pengadilan.
Kasus tersebut dilihat sebagai sebuah ujian pada seberapa jauh seorang politikus dapat melanjutkan berbicara secara negatif tentang sebuah agama tanpa melawan hukum, melanggar kebebasan beragama. Ia tidak pernah menyerukan pelanggaran.
Perdebatan atas imigrasi yang telah mendominasi politik Belanda selama satu dekade, seperti yang sebagian besar Eropa miliki. Kontrol imigrasi telah berangsur-angsur diperketat sehubungan dengan meningkatnya keresahan atas bertumbuhnya kehadiran Muslim dan kesulitan mereka dalam menerima nilai-nilai Belanda. Umat Muslim, sebagian besar dari Maroko dan Turki, sekarang terdiri dari sekitar 6 persen dari 16,5 juta jumlah penduduk Belanda.
Banyak orang merasa pemerintah telah menjadi terlalu naïf tentang masalah-masalah yang disebabkan oleh para imigran dan secara politik terlalu mengoreksi.
Namun yang lain yakin bahwa Wilders telah melewati batas, contohnya ketika ia mengatakan bahwa "Jika umat Muslim ingin tinggal di sini, mereka harus merobek setengah bagian dari Al-Qur'an dan membakarnya."
Pernyataannya pada tahun 2007 tentang tujuan-tujuan kebijakan yang termasuk: "Menutup perbatasan, tidak ada lagi orang-orang Islam masuk ke dalam Belanda, banyak umat Muslim ke luar Belanda, mencabut hak kewarganegaraan kriminal Islam."
Banyak dari gagasan-gagasannya digabungkan ke dalam program dari pemerintahan baru yang direncanakan mulai berkuasa pada awal minggu ini. Wilders telah bersumpah untuk mendukung pemerintah minoritas dalam menukar undang-undang yang akan menolak lebih banyak para pencari suaka, mengurangi jumlah imigran baru dari negara-negara non-Barat, melarang pemakaian publik pakaian yang menyembunyikan wajah dan memaksa para imigran membayar kelas-kelas wajib kewarganegaraan mereka sendiri.
Pada sidang denga pendapat pada Rabu tersebut, hakim menayangkan film pendek Wilders "Fitna," yang mensejajarkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan gambar-gambar serangan teroris untuk berpendapat bahwa Islam adalah sebuah agama yang melekat dengan kekerasan. Perilisannya pada tahun 2008 menyebabkan demonstrasi di dunia Muslim.
Ia telah hidup di bawah perlindungan polisi terus-menerus sejak tahun 2004 sehubungan dengan ancaman terhadap nyawanya.
Penuntutan untuk menghasut kebencian ras jarang terjadi. Pada tahun 1997, legislator sayap kanan Hans Janmaat didenda dan diberikan dakwaan pemundaan dua bulan karena mengatakan jika ia masuk dan berkuasa, ia akan "menyingkirkan masyarakat multikultural" – sebuah kasus yang menunjukkan bagaimana batasan-batasan perdebatan yang dapat diterima telah berubah.
Para penuntut pada awalnya menolak untuk bertindak pada keluhan tersebut dan mengajukan tuntutan terhadap Wilders. Namun sebuah pengadilan banding memutuskan adanya bukti yang cukup bahwa ia telah melanggar hukum, dan memerintahkan para penuntut untuk membawa sebuah kasus.
Kemungkinan para penuntut akan menjatuhkan beberapa atau semua tuntutan menuju akhir dari persidangan tersebut, atau menuntut tidak ada hukuman. (Suaramedia.com)