Suriah memperingatkan bahwa penjualan jet-jet tempur tercanggih F-35 oleh AS kepada rezim Zionis Israel sebagai sebuah kendala bagi keamanan kawasan dan Arab.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita Mehr, Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moallem yang tengah berada di Libya, Jumat (8/10) dalam konferensi pers, menyinggung kontrak penjualan 20 jet tempur F-35 AS kepada Israel. Dikatakannya, masalah ini akan menciptakan gangguan serius bagi keamanan dan stabilitas kawasan.
"Kami mengkhawatirkan masalah itu. Kontrak itu disepakati sebagai imbalan atas kesediaan Israel memperpanjang pembekuan dua bulan permukiman Zionis di wilayah Palestina. PM Israel Benyamin Netanyahu telah menegaskan bahwa Tel Aviv akan memperoleh senjata-senjata mutakhir jika setuju memperpanjang pembekuan proyek permukiman," tegasnya.
Surat kabar Israel, Maariv melaporkan, Presiden AS Barack Obama pekan lalu menawarkan kepada PM Israel sebuah paket insentif sebagai imbalan untuk perpanjangan pembekuan permukiman Zionis.
Dalam sebuah surat kepada Netanyahu, Presiden AS berjanji untuk menjegal setiap upaya yang membawa masalah pembentukan negara Palestina ke Dewan Keamanan PBB dan juga akan memasok Tel Aviv dengan senjata-senjata canggih, lanjut Maariv.
Menurut Moallem, isu utama kawasan saat ini bukan masalah pembekuan proyek permukiman Zionis, tapi ancaman keamanan Arab.
Jet-jet siluman F-35 diperkirakan akan diserahkan antara 2015 dan 2017, kata seorang pejabat pertahanan Israel, sebagaimana dikutip Reuters.
Pesawat F-35 dirancang untuk menghindari deteksi radar dan dapat memainkan peran dalam upaya Israel untuk memukul apa yang disebunya sebagai ancaman kelangsungan eksistensinya.
Sejumlah media kemarin mengkonfirmasikan bahwa Israel telah menandatangani kontrak dengan AS untuk membeli 20 jet tempur F-35. (Irib.ir)