Israel menyebutkan para relawan ke Jalur Gaza yang diserang adalah para aktivis terkait Hamas. Lalu, apa kata Israel ketika Mairead Maguire, warga Irlandia penerima Hadiah Nobel Perdamaian 1976, atas jasanya mendamaikan Kristen dan Katolik di Irlandia Utara, juga berangkat ke Jalur Gaza menyusul penyerangan hari Senin (31/5) lalu.
Misi Maguire jelas-jelas karena bersimpati pada nasib warga Jalur Gaza walau dia juga akhirnya ditangkap aparat Israel pada hari Sabtu pekan lalu. Misinya menepis sekaligus bahwa mereka yang bersimpati kepada warga Jalur Gaza adalah melulu para aktivis terkait Hamas, penguasa di Jalur Gaza.
Apa yang terjadi di Jalur Gaza, yang mengalami blokade secara total dimulai sejak tahun 2007, menyusul Hamas mengambil alih kekuasaan secara penuh di wilayah berpenduduk 1,5 juta jiwa itu pada bulan Juni tahun itu. Blokade lebih ringan sudah mulai terjadi juga pada 2006.
Wilayah sempit dengan luas hanya 365 kilometer persegi dan berpenduduk cukup padat itu serta-merta bak penjara besar bagi penduduknya. Gerbang Rafah (di perbatasan Jalur Gaza-Mesir), satu-satunya pintu bagi penduduk Gaza menuju dunia luar, tidak bisa beroperasi setelah buyarnya perjanjian segi tiga tahun 2005 antara Israel, Otoritas Palestina, dan Uni Eropa untuk pengaturan operasi gerbang Rafah.
Pasalnya, Uni Eropa dan Israel mundur dari perjanjian itu pasca-Hamas menguasai Jalur Gaza. Maka, tertutuplah semua pintu menuju Jalu Gaza. Mesir hanya sekali-sekali bersedia membuka gerbang Rafah dari sisi Mesir untuk kebutuhan keluar masuk warga Gaza yang sakit dan para pelajar warga Gaza yang belajar di luar negeri.
Blokade total Jalur Gaza yang bermotifkan politik itu membawa dampak kemanusiaan luar biasa. Blokade itu telah menimbulkan pengangguran di Jalur Gaza hingga 65 persen, naiknya jumlah warga yang hidup di bawah garis kemiskinan hingga 80 persen, dan ditutupnya 3.500 fasilitas industri dan perdagangan.
Selain itu, anak kecil yang sakit akibat buruknya makanan dan kekurangan darah mencapai 50 persen, serta 90 persen air di Jalur Gaza tidak layak minum lagi lantaran tidak ada pemeliharaan instalasi rutin karena ketiadaan suku cadang.
Blokade juga telah menyebabkan banyak kematian, yakni 500 warga Gaza meninggal dunia tiga tahun terakhir ini karena dilarang ke luar Jalur Gaza untuk berobat. Jalur Gaza juga kekurangan bahan bakar pembangkit listrik hingga banyak wilayah mengalami pemadaman listrik.
Menurut Wakil Ketua Urusan Energi di Jalur Gaza Kan’an Obeid, sering operasi pembangkit listrik dihentikan karena kehabisan bahan bakar. Ia mengungkapkan, lumpuhnya operasi pembangkit listrik di seluruh Jalur Gaza mencapai 35 persen, dan di Gaza City saja mencapai 50 persen. Sekitar setengah juta penduduk Jalur Gaza tidak bisa menikmati listrik karena operasi pembangkit listrik hanya memenuhi 30 persen saja dari kebutuhan.
Ribuan warga Jalur Gaza belum bisa pula membangun kembali rumah yang hancur akibat invasi Israel pada 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009 karena Israel melarang pasokan semen dan besi serta bahan lainnya. Selama invasi Israel itu, sekitar 3.800 rumah penduduk dan 80 gedung pemerintah hancur.
Profesi pencari kerikil
Akibat langkanya bahan bangunan, kini muncul profesi baru sebagai pencari kerikil dan bebatuan. Pencarian kerikil dilakukan dengan menggali gurun pasir beberapa meter hingga mencapai pasir yang agak keras.
Dari antara tumpukan pasir yang agak keras dipisahkan lagi antara bagian debu dan kerikilnya. Seorang pemilik perusahaan bahan bangunan, Muhammad Abu Al Qaoud, mengungkapkan, dirinya terpaksa membeli kerikil dan bebatuan itu dari para sindikat dengan harga mahal.
Di Gaza kini terdapat 17.000 warga cacat. Invasi Israel tahun lalu menyebabkan 600 warga Gaza cacat.
Abdel Latif Zaanen (35), penyandang cacat yang berasal dari Beit Hanoun, Jalur Gaza Utara, sejak beberapa bulan lalu menunggu kedatangan armada kapal kebebasan. Pasalnya, armada kapal kebebasan itu diberitakan membawa ratusan kursi roda listrik untuk kaum cacat di Jalur Gaza.
Zaane adalah satu dari sekian ribu penyandang cacat yang ingin mendapatkan kursi roda listrik yang dibawa kapal kebebasan itu. Namun, impian Zaanen buyar setelah mendengar kabar bahwa pasukan komando Israel mencegat dan menguasai kapal kebebasan itu.(kompas)