Tahanan Palestina mengatakan dalam sebuah pesan ke pusat studi dan HAM tahanan Ahrar bahwa mereka menderita pengabaian medis oleh Otoritas Pendudukan Israel (IOA) yang berubah menjadi kebijakan yang sistematis dan disengaja dari otoritas penjara Israel.
Mereka menambahkan bahwa tidak seperti rumah sakit biasa yang meringankan rasa sakit pasien, rumah sakit penjara Ramle Israel hanya memperburuk rasa sakit mereka.
Para tahanan menyebutkan sejumlah tahanan sakit yang dirawat di rumah sakit penjara Ramle selama bertahun-tahun, seperti Akram Salama dari kota Khan Younis yang telah berada di rumah sakit itu selama 13 tahun.
Mereka mengatakan bahwa obat-obatan yang diberikan ke para tahanan di rumah sakit tidak memiliki efek meningkatkan kondisi tahanan yang sedang sakit dan kualitas makanannya juga tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Para tahanan menuduh IOA mengijinkan operasi bagi mereka yang membutuhkannya hanya setelah yakin bahwa operasi itu tidak akan berhasil dan akan menyebabkan rasa sakit yang lebih buruk bagi pasien.
Mereka berencana akan membawa kasus itu ke pengadilan Eropa dan kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional yang menegakkan keadilan, seraya menambahkan bahwa mereka juga akan meminta dibentuknya sebuah komisi pencari fakta internasional untuk memberitahukan kondisi mereka.
Fuad Al-Khafsh, direktur Ahrar Center, mengatakan bahwa IOA sedang membunuh pelan-pelan para pejuang Palestina, menuduh kebijakan itu tidak ada bedanya dengan pembunuhan secara langsung.
Dia menyerukan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa 1,600 tahanan Palestina yang menderita penyakit kronis termasuk 20 dari mereka yang secara permanen tinggal di rumah sakit penjara Ramle dan 17 lainnya yang menderita kanker dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Salah satu korban “kelalaian” Israel terhadap tahanan Palestina adalah Ra’ed Mohammed Abu Hammad yang ditemukan tewas di dalam selnya di penjara Israel Eichel pada bulan April lalu. Ahrar Center mengatakan bahwa Hammad, 31, adalah tahanan ke-198 yang meninggal di dalam penjara Israel.
Hammad, yang sedang menjalani masa hukuman 10 tahun, menderita beberapa penyakit tapi masih diletakkan dalam ruang isolasi oleh otoritas penjara Israel (IPA) yang tidak mengindahkan seruan pembebasannya karena kondisi kesehatannya dan terus menaruhnya dalam sel isolasi.
Al Khafsh mendesak lembaga internasional untuk melakukan intervensi guna menyelamatkan tahanan-tahanan yang sedang sakit dan diisolasi di dalam penjara-penjara Israel, menuntut otopsi bagi jasad Hammad untuk menentukan penyebab pasti kematiannya.
Hamas menyalahkan otoritas pendudukan Israel dan otoritas penjara Israel atas kematian Hammad di penjara Eichel di Beer Sheba.
Mantan menteri yang kini menjadi tahanan, Wasfi Qahaba, menuduh bahwa kematian Hammad adalah akibat alamiah dari pengabaian medis yang disengaja oleh otoritas penjara.
Dia mengatakan dari dalam sel penjaranya bahwa kelompok-kelompok HAM harus menekan otoritas penjara untuk membuka fasilitas penahanan mereka sebelum inspeksi, terutama untuk memeriksa tahanan sakit yang menderita berbagai penyakit termasuk kanker.
Dr. Salah Al-Bardawil, pemimpin dan anggota parlemen Hamas, mengatakan bahwa Hammad meninggal akibat penyiksaan fisik dan psikologis yang terus-menerus.
Dia mendesak masyarakat dunia untuk menyeret mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap tahanan ke pengadilan.
sumber: suaramedia