MOGADISHU – Sebuah perusahaan keamanan asal Jerman telah resmi menandatangani kesepakatan dengan seorang panglima perang asal Somalia yang disebut-sebut telah melanggar sanksi PBB. Menurut German TV, lebih dari 100 orang prajurit Bundeswehr akan bertempur di Somalia sebagai tentara bayaran.
Para mantan prajurit Bundeswehr, akan bertempur sebagai tentara bayaran dalam perang sipil di Somalia, demikian menurut stasiun televisi Jerman NDR.
Kelompok Keamanan asal Jerman, Asgaard, sebuah perusahaan yang berbasis di Telgte, dekat Muenster di sebelah barat laut Jerman, telah mencapai kesepakatan dengan politisi oposisi Somalia, Galadod Abdinur Ahmad Darman, yang ingin menggulingkan pemerintah peralihan federal (TFG) di Somalia yang diakui internasional.
Para pakar keamanan memperingatkan bahwa seorang panglima perang Somalia yang didukung prajurit Barat yang amat terlatih dapat menggeser keseimbangan politik yang rapuh di negara Afrika Timur tersebut dan memicu pertumpahan darah.
“Jika sebuah perusahaan Jerman kini melatih dan mendukung faksi-faksi Somalia yang saling berperang, maka perusahaan tersebut jelas melawan kehendak pemerintah Jerman,” kata Abbette Weber, dari Institut Msalah Keamanan dan Internasional Jerman, kepada NDR. Sejumlah anggota parlemen Jerman mengkritik pengajuan proposal Asgaard di Afrika.
“Kontrak itu juga berisi sejumlah tugas dan wilayah kompetensi yang berjangkauan luas,” kata Asgaard dalam sebuah pernyataan pers. Perusahaan tersebut juga memberikan bantuan pelatihan dan logistik kepada personel polisi dan militer.
Thomas Kaltegaertner, direktur pengelola Asgaard yang juga merupakan mantan sersan kepala di Bundeswehr, mengatakan pada NDR bahwa proyek Somalia tersebut juga melibatkan pemberian perlindungan untuk militer, bangunan dan konvoi di negara berisiko tinggi tersebut. Dalam sebuah pernyataan, Asgaard mengatakan bahwa hal itu tidak akan bertentangan dengan kepentingan Republik Jerman.
Jika betul tidak bertentangan dengan kepentingan Jerman, maka pengiriman itu mengingatkan kepada perusahaan Blackwater yang dipekerjakan Amerika Serikat di medan perang.
“Jika yang terburuk terjadi, bahwa sebuah patroli atau konvoi diserang, tim akan mengambil tindakan yang diperlukan,” kata Kaltegaertner.
Sembilan-puluh sembilan persen personel direkrut dari Jerman, katanya. Kontingen pertama dilaporkan sudah dalam perjalanan menuju ke Somalia.
Pengiriman pasukan Asgaard berpotensi membuat para mantan prajurit Jerman terlibat bentrokan langsung dengan satu-satunya pasukan pelindung TFG, Misi Uni Afrika untuk Somalia (AMISOM), yang didukung oleh PBB.
Dalam sebuah konferensi di Brussels satu tahun yang lalu, komunitas internasional menjanjikan bantuan $213 juta (172 juta euro) untuk TFG dan AMISOM.
Kesepakatan antara Asgaard dan Darman, seorang anggota kabilah kuat Hawiyah di Somalia, khususnya berkaitan dengan bahan peledak, karena Uni Eropa telah melatih pasukan keamanan Somalia di oemerintahan sementara Uganda. Tiga belas orang prajurit Bundeswehr juga berpartisipasi di misi pelatihan Uni Eropa (EUTM) di Somalia.
Kepada NDR, Darman mengatakan bahwa tentara bayaran Jerman akan dilibatkan dalam pertempuran bersama milisinya untuk melawan pemberontak dan kelompok-kelompok pengganggu.
“Pemerintah yang diresmikan komunitas internasional tidak mendapatkan dukungan dari masyarakatnya sendiri,” kata Darman.
Darman saat ini tengah menggalang dukungan internasional untuk mencalonkan diri menjadi presiden Somalia.
Kementerian Luar Negeri Jerman mengaku tidak tahu apa-apa mengenai kontrak tersebut dan aktivitas Pasukan Keamanan Asgaard Jerman. Kementerian Pertahanan juga memberikan konfirmasi bahwa pihaknya belum pernah mengadakan kesepakatan kontrak dengan perusahaan tersebut.
Rainer Stinne, seorang pakar kebijakan luar negeri FDP, mengatakan Asgaard harus diperhitungkan karena kontrak tersebut melanggar sanksi PBB.
sumber: suaramedia