ISTAMBUL - Suriah siap memulai lagi pembicaraan damai dengan Israel, dengan Turki sebagai penengah. Namun Israel, menurut Presiden Turki Abdullah Gul, tidak minta Ankara untuk memulai lagi peran penengah itu.
"Suriah telah menyatakan mereka siap untuk memulai lagi pembicaraan yang mereka hentikan," kata Gul dalam konferensi pers Sabtu. "Bagaimanapun, kami belum mendengar dari pihak Israel. Itu terserah mereka."
Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang berbicara di samping Gul, mengatakan, ia siap untuk pembicaraan. Tapi ia menuduh Israel menghindari pembicaraan dengan mengatakan, Israel tidak menginginkan penyelesaian dalam perang menyangkut Dataran Tinggi Golan, wilayah yang Israel caplok tahun 1967.
"Israel tidak siap untuk mediasi karena negara itu tahu bahwa mediasi yang berhasil akan menghasilkan perdamaian, dan pihak Israel tidak ingin damai," katanya. "Kami tekankan mediasi dan peran Turki, tapi kami juga nyatakan Israel bukalah mitra yang jujur."
Israel dan Suriah telah mengadakan empat putaran pembicaraan tak langsung dengan penengahan Turki tahun 2008. Pembicaraan itu ditangguhkan setelah Israel menyerang Jalur Gaza pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Perdana Menteri Turki, Tayyip Erdogan, acapkali mengeritik serangan Israel ke Gaza, yang mendorong beberapa politisi di Israel mempertanyakan kepantasan Turki sebagai penengah yang netral. Turki yang Muslim tapi sekuler secara konstitusional memiliki catatan kerjasama militer dengan Israel dan telah bertindak sebagai perantara antara negara Yahudi itu dan dunia Arab.
Hubungan hangat antara anggota NATO Turki dan tetangga-tetangga Muslim-nya, termasuk Iran dan Suriah, telah menimbukan kekhawatiran bahwa kebijakan luar negeri Turki yang secara tradisional condong ke Barat telah bergerak ke timur. Turki dapat memainkan sebagian peran dalam pembicaraan antara Iran dan negara-negara besar Barat menyangkut program nuklir Iran, kata Assad.
"Saya ingin Turki melanjutkan peran pentingnya karena kepercayaan yang telah terbentuk antara pemerintah Iran dan Turki yang memiliki hubungan luas dengan sisa kawasan ini," tambahnya.
"Tapi setiap perjanjian politik harus dicapai atas dasar perjanjian-perjanjian internasional. Kami ingin wilayah kawasan ini bersih dari senjata pemusnah massal," tegasnya. Namun ia menambahkan, Iran memiliki hak untuk mengembangkan pembangkit tenaga nuklir.
Iran menyatakan negara itu menginginkan pembangkit nuklir untuk membangkitkan listrik. Barat mengkhawatirkan negara itu berencana untuk mengembangkan bom nuklir.(kompas)