STOCKHOLM (SuaraMedia News) – Menteri Integrasi Swedia, Nyamko Sabuni mengatakan pada hari Selasa bahwa Swedia perlu berbuat lebih banyak untuk membantu generasi muda Muslim meninggalkan ekstremis.
“Jika masyarakat tidak mendukung kembalinya mereka ke kehidupan normal, kita akan memiliki sebuah bom waktu di dalam masyarakat kita,” ujar Sabuni kepada Sveriges Radio (SR).
Ia menambahkan bahwa ia telah menugaskan Dewan Nasional Swedia untuk Urusan Pemuda (Ungdomsstyrelsen) untuk menyurvei kebutuhan orang-orang yang membutuhkan bantuan berhenti dari kelompok ekstremis.
Swedia sebelumnya telah membantu upaya orang-orang yang ingin meninggalkan kelompok neo-Nazi, program serupa perlu dikembangkan bagi generasi muda tertarik pada ekstremisme yang penuh kekerasan.
“Kami telah mengidentifikasi sejumlah jaringan dan organisasi terutama yang merekrut anak-anak muda yang merasa terasing dari masyarakat,” ujar Sabuni.
“Kami juga tahu bahwa banyak yang ingin meninggalkan organisasi-organisasi ini, namun tidak memiliki dukungan dari masyarakat.”
Sabuni juga meminta Asosiasi Pemerintah dan Kawasan Lokal Swedia untuk terlibat dalam upaya pencegahan ekstremisme itu.
“Semua upaya pencegahan paling berhasil diterapkan pada level lokal, karena itu peran pemerintah kota sangat penting,” ujarnya.
Aksi ekstrimisme di Swedia muncul sejak awal tahun 1970an dan sejak saat itu upaya perlawanan terhadap telah menjadi salah satu tugas negara paling dasar.
Di tahun 1990an, ekstrimisme semakin menjadi fenomena global dan metode-metode yang digunakan menjadi semakin sulit untuk dilawan. Hari ini, ancaman paling serius datang dari kelompok-kelompok yang ingin membenarkan kekerasan dan mencoba untuk merekrut pengebom bunuh diri dengan mengatasnamakan Islam.
Serangan–serangan besar di sejumlah negara Eropa beberapa tahun belakangan ini – terutama di London dan Madrid – berarti sebuah peningkatan serius dari ancaman terorisme di benua tersebut.
Meskipun ancaman langsung terhadap Swedia dan kepentingannya masih terbilang rendah, akan naif untuk meyakini bahwa apa yang terjadi di negara tetangga tidak akan terjadi di Norwegia.
“Sebuah serangan teroris besar di negara kita akan secara alami mengganggu beberapa layanan masyarakat kita yang paling penting. Berusaha meningkatkan kemampuan kita untuk mencegah, mengejar, dan melindungi diri dari terorisme dan – jika itu gagal – mengelola konsekuensi serangan terorisme harus menjadi sebuah proses terus-menerus di mana kita harus mengembangkan kapasitas dan kewaspadaan kita, dan memanfaatkan pengalaman kita sendiri serta pengalaman negara-negara lain,” ujar Beatrice Ask, menteri kehakiman Swedia.
“Untuk memerangi terorisme dan tempat berkembangnya dalam jangka panjang, langkah-langkah preventif dalam makna luas diperlukan. Dan jika hal yang terburuk terjadi, kita harus memiliki kesiapan untuk mengelolanya juga.” ujar menteri.
Sejak pergantian pemerintah tahun 2006, sejumlah langkah telah diterapkan untuk memperkuat perlindungan terhadap ekstrimisme. Di dalam kerangka kerja inisiatif pemerintah untuk mengembangkan sistem hukum, alokasi bagi Agen Keamanan Swedia telah meningkat untuk mengembangkan kapasitasnya.
Sarana dan prosedur kerja yang baru dan lebih efisien dalam bentuk mengganggu dan penggunaan langkah-langkah koersif tertentu telah diperkenalkan dan kesiapan darurat serta konsuler dari Dinas Luar Negeri Swedia telah diperkuat. (rin/ie/sw) www.suaramedia.com