LONDON (SuaraMedia News) – Menteri Luar Negeri Inggris, David Miliband, dituding sebagai orang yang munafik. Tuduhan tersebut dilontarkan setelah Miliband memutuskan untuk mengirimkan putranya ke sebuah sekolah Church of England (Gereja Inggris), meski sejatinya Miliband sendiri merupakan orang atheis.
Menteri Inggris tersebut, bersama dengan Louise, Istrinya, telah mengirimkan putra tertua dari dua orang anak yang mereka adopsi ke sekolah keagamaan yang terletak satu mil lebih dari kediaman mereka di London utara, meski keduanya tinggal berdekatan dengan sebuah sekolah sekuler.
Kepala sekolah dari sekolah yang dipilih Miliband adalah seorang kritikus yang secara terang-terangan mengkritik kebijakan pendidikan pemerintah dan tidak mendukung ujian kontroversial untuk anak usia 10 dan 11 tahun.
Bocah berusia lima tahun tersebut mulai masuk di sekolah tersebut pada bulan September tahun lalu meski Miliband sebelumnya pernah menyatakan bahwa dirinya adalah seorang atheis. Sekolah tersebut dibangun dengan bantuan kelompok-kelompok religius, yang berarti bahwa pihak sekolah dapat membeda-bedakan perlakuan terhadap siswanya, didasarkan pada kehadiran orang tua murid di gereja.
Istri Miliband, seorang pemain biola, mulai mendatangi gereja yang memiliki kaitan dengan sekolah tersebut dua tahun sebelum sang putra dimasukkan.
Sebaliknya, sekolah yang terletak paling dekat dengan kediaman Miliband, Primrose Hill Primary, terikat dengan kebijakan dewan distrik Camden dan harus bersedia menerima seluruh murid dengan latar belakang keyakinan apapun.
Ada banyak orang tua yang menjatuhkan pilihan kepada sekolah keagamaan karena hasil yang ditunjukkan lebih baik, sekolah keagamaan juga tampaknya mampu memberikan peningkatan yang lebih jauh.
Dalam sebuah tabel peringkat sekolah yang baru-baru ini diumumkan, hampir dua pertiga dari 329 sekolah dasar yang memiliki hasil “sempurna” adalah sekolah Anglikan, Katolik Roma, atau Yahudi. Pada tahun 2007, hanya empat dari sepuluh sekolah keagamaan yang memiliki hasil “sempurna”.
Terry Sanderson, presiden dari Masyarakat Sekuler Nasional, yang menginginkan pembubaran sekolah-sekolah keagamaan, mengatakan: “Miliband turut bergabung dengan ribuan orang tua yang dipaksa menelan kemunafikan kebijakan pendidikan dari pemerintahannya sendiri.”
“Hal itu berbahaya karena, pada saat sekolah keagamaan mendapatkan reputasi karena hasil-hasil yang lebih baik, para orang tua yang paling mementingkan diri sendiri – dan, saya rasa orang-orang kelas menengah – memilih sekolah keagamaan, hal itu menaikkan hasilnya dengan lebih jauh.”
Asosiasi Masyarakat Humanis Inggris, yang ingin menghilangkan hak sekolah keagamaan untuk melakukan diskriminasi atas dasar agama, mengatakan bahwa pilihan yang dijatuhkan Miliband terhadap sekolah tersebut adalah urusan pribadi.
Kubu oposisi juga menolak untuk membeikan komentar, meski partai tersebut sebelumnya menerima rencana radikal pendanaan sekolah independen oleh pemerintah, yang dapat mengarah pada peningkatan jumlah sekolah yang memilih murid berdasarkan keyakinan yang dianut.
Pada bulan Desember 2009, kepala sekolah tersebut mengkritik kebijakan yang diambil Partai Buruh mengenai ujian sekolah. Kepada Camden Gazzette, ia mengatakan: “Pemerintah terlalu banyak mencurahkan fokus kepada pencapaian, bukannya perkembangan anak-anak.”
“Anda tidak bisa meraih pencapaian yang baik di semua sekolah. Sekolah-sekolah yang menjejalkan teori kepada murid-muridnya hanya demi nilai yang baik seharusnya tidak disertakan, karena sekolah-sekolah itu memiliki jangkauan kurikulum yang sempit.”
“Kami sama sekali tidak mengandalkan buku diktat. Kami melakukan sebagian besar aktivitas belajar mengajar melalui seni, drama dan musik. Kami memiliki kurikulum yang kreatif. Sekolah ini menyenangkan bagi para staf pengajar dan juga murid-murid. Dan sebuah sekolah memang seharusnya seperti ini.”
Pada hari Minggu, sekolah tersebut mengeluarkan penyataan yang berbunyi: Sebagai sekolah yang dibangun dengan sumbangan kelompok keagamaan, maka prioritas utama diberikan kepada anak-anak yang, bersama dengan kedua orangtuanya, bekomitmen penuh terhadap gereja dan rajin beribadah.
“Nyonya Miliband adalah seorang jemaat dalam parokinya, lebih dari satu tahun sebelum memasukkan putranya ke sekolah, dan ia masih sering datang ke gereja.”
Miliband mengadopsi dua orang putra, satu pada tahun 2004, dan satu orang lagi tiga tahun kemudian. Keduanya diadopsi di AS. Istri Miliband memiliki paspor ganda, Inggris dan AS.
Sementara itu, pihak sekolah Primrose Hill menolak memberikan tanggapan. (dn/tg) www.suaramedia.com