Sejumlah sumber media resmi di Tel Aviv menyebutkan bahwa revolusi rakyat Mesir ternyata juga memberikan dampak berpengaruh terhadap aktifitas perekonomian dan perdagangan Israel. Sebagaimana dilansir situs televisi Al-Alam, harian ekonomi The Marker terbitan Tel Aviv mengutip laporan koran Haaretz, memperkirakan bahwa rezim zionis Israel bakal menghadapi tragedi besar ekonomi menyusul tumbangnya Hosni Mubarak.
Para pakar transportasi laut menegaskan bahwa gangguan yang terjadi dalam kegiatan pelabuhan di Mesir akan berdampak langsung terhadap aktifitas perekonomian Israel.
Bandar Iskandariah, Port Saeed, dan Dumyat merupakan sejumlah pelabuhan penting Mesir yang menjalin hubungan perdagangan dengan rezim zionis. Menyinggung lambannya aktifitas pelayaran di Terusan Suez, Kepala dinas pelayaran rezim zionis Israel mengungkapkan, "Pelabuhan-pelabuhan Mesir memiliki andil yang sangat besar terhadap aktifitas perdagangan dengan negara-negara Eropa".
Berdasarkan data-data yang ada, 20 persen perdagangan via laut rezim zionis dilakukan melalui Terusan Suez. Setiap minggunya, distribusi barang yang dilakukan lewat terusan tersebut memiliki total nilai sekitar 200 juta dolar. Tentu saja jika arus perdagangan di Terusan Suez terus terganggu niscaya situasi perekonomian Israel bakal makin parah.
Lebih lanjut harian ekonomi Israel itu menulis, "Salah satu dampak ekonomi terpenting dari tumbangnya Mubarak adalah merosotnya nilai tukar Shekel (mata uang Israel) dan menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap perekonomian Israel".
Sementara itu, Ron Ben-Yishai analis terkemuka isu-isu stretegis rezim zionis dalam artikelnya di situs harian Yediot Ahronot mengkhawatirkan tuntutan kubu revolusioner Mesir. Dalam artikelnya itu, Ben-Yishai menandaskan, "Rakyat Mesir tidak hanya berhenti meminta pengubahan terhadap kesepakatan-kesepakatan terdahulu soal larangan masuknya tentara ke wilayah Sinai tetapi mereka juga akan menuntut pengkajian ulang atas penjualan gas mesir ke Israel". (irib)