Seorang senator penting Rusia, Jumat (21/5), mengatakan sanksi-sanksi PBB yang diusulkan terhadap Iran tidak mempengaruhi pejualan rudal-rudal S-300 Rusia ke Iran.
Ditanya apakah sanksi-sanksi baru yang mungkin dikenakan terhadap Iran dapat mencegah pejualan rudal-rudal darat ke udara S-300 kepada Iran? Mikhail Margelov, ketua Komite Urusan Luar Negeri di Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen, sebagaimana dilaporkan kantor berita Interfax, menjawab, "Sejauh menyangkut kepentingan ekonomi Rusia, rancangan resolusi itu tidak menghambat kontrak-kontrak sekarang antara Rusia dan Iran."
"Kami perlu mengingatkan kembali bahwa Rusia adalah penjual yang bertanggung jawab atas setiap produknya di pasar luar negeri dan kami tidak ingin militarisasi Timur Tengah," tambahnya.
Moskowa sudah menyetujui penjualan rudal-rudal dengan Teheran tetapi pengirimannya ditunda akibat tekanan Barat. Para diplomat Barat mengatakan kepada AFP, sanksi-sanksi yang diusulkan PBB terhadap program nuklir Iran tidak akan menghambat penjualan rudal-rudal Rusia kepada Teheran. Para diplomat mengatakan, naskah sanksi-sanksi baru, yang bertujuan untuk memaksa Iran melepaskan kegiatan-kegiatan nuklir yang Barat khawatirkan bertujuan untuk membuat bom atom, disetujui sebagian besar negara-negara penting dunia.
Seorang senator lainnya, Viktor Ozerov memperingatkan, Rusia akan menolak rancangan resolusi itu jika menggangu kepentingannya. "Jika naskah resolusi itu secara sepihak menggangu kepentingan Rusia, maka sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia akan memvetonya," lapor Interfax yang mengutip Ozerov, ketua komite pertahanan Dewan Federasi itu.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan, naskah satu perjanjian yang disepakati Turki dan Brasil bagi Republik Islam Iran untuk menukarkan separuh dari uraniumnya yang diperkaya dalam kadar rendah dengan bahan bakar nuklir di Turki dalam usaha mengelakkan sanksi-sanski babak baru, telah diklarifikasi. "Ada hal-hal yang tidak jelas dalam deklarasi ini, kami akan mengklarifikasi itu," kata Lavrov dalam wawancara dengan saluran televisi Italia RAI-1 yang disiarkan, Jumat.
sumber: kompas