Pemimpin Libya Muammar Qaddafi pada hari Senin kemarin (4/5) mengatakan bahwa Swiss telah bertingkah layaknya seperti organisasi kriminal, selain itu Qaddafi juga menyebut Swiss terlibat dalam pencucian uang, pembunuhan dan tindakan terorisme.
Pernyataan keras Qaddafi ini merupakan rangkaian terbaru dari sengketa panjang antara kedua negara, Qaddafi dengan keras menyebut Swiss sebagai sebuah negara mafia dan mengulang seruan sebelumnya untuk membagi antara Perancis, Italia dan Jerman, menurut wawancara yang diterbitkan oleh majalah berita mingguan Jerman Der Spiegel.
"Swiss adalah sebuah negara yang berdiri terpisah dari masyarakat dunia," kutip majalah yang berbasi di Hamburg tersebut.
Qaddafi mengatakan Swiss adalah surga bagi pencucian uang skala besar, dimana undang-undang Swiss juga membolehkan bunuh diri yang kemungkinan besar digunakan sebagai cover untuk pembunuhan orang-orang kaya yang memiliki rekening di bank Swiss.
"Swiss mengklaim orang-orang tersebut ingin bunuh diri namun sebenarnya hal ini merupakan sarana Swiss untuk mendapatkan uang mereka secara terus menerus," kutip Der Spiegel dari pernyataan Qaddafi. Namun Qaddafi tidak memberikan bukti untuk klaimnya ini.
Majalah ini juga mengatakan pemimpin Libya tersebut menuduh pemerintah Swiss telah melakukan tindakan "terorisme" dengan menangkap anaknya Hannibal Qaddafi dua tahun lalu karena dicurigai memukuli pelayannya di sebuah hotel mewah di Jenewa. Anaknya tersebut kemudian dibebaskan dan dakwaan melakukan pemukulan dijatuhkan padanya.
"Cara mereka memperlakukan Hannibal membuktikan bahwa Swiss tidak menghormati hukum apapun," kata Qaddafi.
Pejabat Swiss sendiri tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar, namun tuduhan terbaru Qaddafi ini berisiko menyulut ketegangan antara Swiss dan Libia yang meledak setelah penangkapan anaknya pada bulan Juli 2008 lalu.
Kedua negara telah terlibat dalam diplomatik tit-for-tat sejak insiden tersebut, yang berpuncak pada penangkapan dua pengusaha Libya dan penarikan semua investasi Libya dari Swiss.(fq/arabnews)