LONDON – Para pengunjuk rasa penentang kelompok kanan-jauh di Inggris pada hari Senin (3/5) memproyeksikan gambar swastika (simbol Nazi) di samping gedung parlemen Inggris. Unjuk rasa tersebut dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa bisa jadi para ekstremis terpilih dalam pemilihan umum yang akan digelar minggu ini.
Kelompok anti fasis, EMMA Trust, memproyeksikan gambar swastika berwarna merah dan putih di gedung parlemen Inggris. Bukan hanya itu, ada pula kalimat yang berbunyi: “Waktunya mengambil keputusan. Singkirkankan (kelompok) kanan-jauh.”
“Dasar pemikiran di belakang proyeksi ini adalah untuk melindungi bangunan simbol ini, yang merupakan benteng pertahanan nilai-nilai demokratis di seluruh dunia terhadap invasi kanan-jauh,” kata seorang juru bicara Trust.
Partai kanan-jauh, Partai Nasional Inggris (British National Party - BNP), mendapatkan sekitar 330 orang kandidat dalam pemungutan suara pada hari Kamis.
Penghujung April lalu, pemimpin BNP Nick Griffin, menyebut kebijakan imigrasi Inggris membuat negara tersebut “penuh sesak”. Ia menyarankan pembayaran kompensasi £50.000 kepada hingga 180.000 orang per tahun agar meninggalkan Inggris.
Griffin juga mengatakan bahwa pintu Inggris akan ditutup, kecuali bagi para imigran yang kedatangannya dianggap memberikan manfaat bagi Inggris, seperti misalnya seorang ahli ilmu fisika yang memiliki kemampuan yang ahli.
“Kami menginginkan pintu Inggris ditutup, karena Inggris sudah penuh. Negara ini adalah negara yang paling sesak di Eropa,” kata Griffin dalam program BBC Radio 4.
“Jika Anda membicarakan mengenai tukang ledeng Polandia atau pengungsi Afghanistan, pintu (masuk Inggris) akan ditutup karena negara ini sudah penuh.”
Griffin menambahkan, “Pintu ditutup bagi berapa pun (imigran) dan darimana pun asal mereka. (Pintu) terbuka jika cocok bagi Inggris dan masyarakatnya. Itu cukup adil.”
Dia memberikan contoh, seorang ahli fisika Jepang yang membutuhkan bantuan dengan program nuklir Inggris merupakan orang yang layak masuk ke dalam rencana partainya.
Ketika ditanya ap[akah ia sadar kebijakan imigrasi akan merobek-robek kesepakatan internasional, Griffin menjawab: “Pastinya. Mereka tidak sesuai dengan Inggris dan masyarakatnya. Internasionalisme ini adalah proyek elit politik.”
Untuk memulangkan para imigran, Griffin mengatakan: “Kami mengatakan kami akan memberikan dana ganti rugi, dan hal itu murni sukarela.”
“Kami mungkin menetapkan £50.000 per orang.”
Ketika ditanya ada berapa orang yang akan pergi, Griffin menjawab: “180.000 orang per tahun, jika mereka bersedia meninggalkan negara yang penuh sesak ini.”
30 April lalu, Nick Griffin mengatakan bahwa ia tidak dapat mengetahui apakah seorang penelepon di radio adalah orang Inggris karena ia tidak bisa melihat seperti apa orang itu.
Ia mengatakan kepada pria penelepon, yang mengatakan bahwa tiga orang kakeknya dilahirkan di luar Inggris, bahwa sang pria bisa menyebut diri sebagai warga negara Inggris, tapi bukan orang asli Inggris.
Pernyataan Griffin tersebut dilontarkan saat ia menerima panggilan telepon dari para pendengar BBC Radio 4, dalam program The World at One.
Dalam panggilan telepon tersebut, Sean Fowlston dari Nottingham bertanya: “Apa Anda bisa tahu saya warga Inggris atau bukan jika saya katakan tiga kakek saya dilahirkan di luar negeri.”
Griffin menjawab: “Tidak masalah dari mana mereka berasal, tapi yang jelas saya tidak bisa melihat Anda dari sini.”
Griffin lalu menambahkan, “Anda orang Inggris.”
Tetapi ketika ditekan mengenai apakah jawabannya berbeda jika mengetahui warna kulit penelepon itu, Griffin menambahkan: “Itu akan membuat perbedaan secara khusus, jika dia adalah apa yang disebut BBC sebagai orang kulit putih, maka dari namanya, saya akan berasumsi bahwa dia adalah orang Irlandia, dan saya juga adalah setengah orang Irlandia.”
Ketika ditanya mengapa dia perlu melihat sang penelepon untuk mengatakan apakah sang penelepon orang Inggris atau bukan, Griffin menjawab: “Karena jika saya bisa melihat dia, saya bisa tahu apakah tiga leluhurnya orang Irlandia atau bukan.” (suaramedia)