2 May 2010

Jelang Konferensi, AS Bongkar Rahasia Senjata Nuklir

ImageWASHINGTON – Pemerintahan Obama kemungkinan akan membuka rahasia yang selama ini dijaga ketat, jumlah senjata nuklir cadangan AS, dalam pertemuan penting yang diawali pada hari Senin, di mana Washington akan coba memperkuat kesepakatan global untuk membatasi penyebaran senjata nuklir, kata beberapa orang pejabat AS.


Beberapa faksi dalam pemerintahan telah berdebat selama berbulan-bulan mengenai pembukaan rahasia tersebut, dan hal itu ditolak dalam tinjauan nuklir terbaru Presiden Obama karena keberatan yang disampaikan para pejabat intelijen. Saat ini pemerintah AS mempersiapkan pengumuman dramatis yang akan semakin memperkuat pengakuan terhadap AS saat negara Paman Sam tersebut berusaha memperkuat kesepakatan non proliferasi nuklir (NPT).


Jumlah tersebut dapat dirilis pada hari Senin mendatang waktu AS, saat Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton menyampaikan pidato dalam konferensi peninjauan NPT di New York, kata para pejabat AS. Clinton dijadwalkan berpidato setelah Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, yang kemungkinan besar akan kembali mengulang tuntutannya untuk lebih banyak kontrol internasional mengenai cadangan senjata nuklir dari negara-negara berkekuatan nuklir.


Para pejabat AS khawatir Ahmadinejad dapat “membajak” konferensi tersebut dengan menggunakan tuntutan semacam itu, mengalihkan perhatian dari program nuklir Iran, yang banyak dianggap melanggar kesepakatan NPT.


Kelompok-kelompok pengawas persenjataan memperkirakan cadangan nuklir AS mengandung 9.000 senjata, dengan hitungan kasar 5.000 di antaranya aktif dan sisanya siap dibongkar.


Para aktivis pengendalian senjata dan para pejabat Departemen Energi mengatakan bahwa mempublikasikan data tersebut akan membuktikan sebesar apa kemajuan yang dicapai pemerintah AS dalam memperkecil cadangan senjata era Perang Dingin.


Itu adalah hal yang penting karena, berdasarkan NPT, negara-negara berkekuatan nuklir berjanji akan bergerak menuju pelucutan senjata, sementara negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir berjanji bahwa mereka tidak akan merakit bom atom. Sudah ada 189 negara yang menandatangani kesepakatan tersebut.


Konferensi peninjauan NPT yang dilaksanakan kali terakhir, pada tahun 2005, berujung pada kegagalan. Sebagian besar negara penandatangan NPT menuding pemerintahan Bush lalai dalam menjaga kewajiban pelucutan senjata nuklir.


Jeffrey Lewis, direktur Inisiatif Strategi Nuklir dan Non-Proliferasi dari New America Foundation, mengatakan bahwa merilis data senjata nuklir AS akan menjadi sebuah langkah besar menuju ke arah transparansi.


“AS telah mendapatkan cukup banyak pujian karena pengurangan senjata nuklir yang dilakukan,” katanya. “Hal itu juga terjadi dalam masa pemerintahan Bush. Hal itu mempermudah kita memberikan alasan bahwa kita memang mengurangi jumlah senjata nuklir.”


Komunitas intelijen AS khawatir jika “teroris” atau negara-negara dengan ambisi nuklir dapat menggunakan data tersebut untuk mencari tahu berapa banyak plutonium atau uranium yang diperlukan untuk membuat bom. Tapi, Lewis dan para pengacara pengendali senjata lainnya mengatakan informasi semacam itu mudah ditemukan.


Agaknya hanya ada satu contoh ketika AS mempblikasikan data jumlah cadangan senjata nuklirnya. Pada tahun 1992, Jenderal Collin Powell, yang kala itu menjabat Kepala Staf Gabungan Militer AS, menyertakan jumlah agregat cadangan senjata dalam bagan yang dipergunakan dalam rapat dengar pendapat Kongres AS yang membahas mengeai kesepakatan senjata strategis baru.


Jumlah senjata nuklir AS tidak dibeberkan, tapi pengungkapan tersebut agaknya tidak memancing pemberitaan media. Menurut dokumen Depertemen Energi AS pada tahun 2000, Departemen Pertahanan AS terus menolak membongkar jumlah cadangan senjata AS, bahkan setelah presentasi Powell.


Pemerintahan Obama yakin bahwa pihaknya menyongsong koferensi NPT dalam posisi yang kuat, seiring serangkaian pencapaian di bidang nuklir, termasuk kesepakatan senjata dengan Rusia dan konferensi terorisme nuklir yang menghadirkan 46 negara ke Washington.


NPT, yang mulai berlaku pada tahun 1970, banyak dianggap sebagai salah satu kesepakatan paling berhasil di dunia. Namun, NPT menghadapi ketegangan terbesar dalam waktu seperempat abad, seiring dengan program nuklir Iran dan keputusan Korea Utara untuk menarik diri dari kesepakatan setelah diam-diam mengembangkan bom nuklir. Iran bersikeras program nuklirnya bertujuan damai, namun, Iran memiliki fasilitas nuklir tersembunyi dari para inspektur nuklir.


Konferensi peninjauan NPT, yang digelar lima tahun sekali, sering berubah jadi ajang debat antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan negara-negara yang tidak bersenjata nuklir. Beberapa pertemuan tersebut berujung tanpa deklarasi final, yang mengharuskan adanya konsensus.


Mengingat itu, para pejabat AS juga berupaya agar tidak ada harapan yang digantungkan pada konferensi yang akan berlangsung satu bulan lamanya. AS memperkirakan Iran akan keberatan terhadap deklarasi akhir yang membatasi program nuklirnya.


“Sebuah dokumen final tidak seharusnya dijadikan alat pengukur keberhasilan,” kata Ellen O. Tauscher, wakil menteri kontrol persenjataan, dalam sebuah pidato yang disampaikan hari Kamis di Pusat Perkembangan AS.


Strategi AS adalah membuat sebagian besar negara menyetujui rencana untuk mendapatkan cara-cara baru untuk menghukum pihak-pihak yang melakukan kecurangan nuklir dan mendorong diadopsinya pengamanan nuklir. Para pejabat AS mengatakan bahwa pihaknya dapat memberikan momentum untuk mendapatkan perubahan di ajang-ajang lainnya, seperti Badan Energi Atom Internasional.(SuaraMedia)

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Jelang Konferensi, AS Bongkar Rahasia Senjata Nuklir Deskripsi: WASHINGTON – Pemerintahan Obama kemungkinan akan membuka rahasia yang selama ini dijaga ketat, jumlah senjata nuklir cadangan AS, dalam per... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►