Ukraina Diambang Perang Saudara. Kondisi di Ukraina Timur semakin buruk. Pasukan Kiev terus melanjutkan operasi antiteror melawan pasukan bersenjata pro-Rusia yang juga tengah memperkuat barikade.
Seperti dimuat BBC, Minggu (4/5/2014), tentara Ukraina diterjunkan ke sejumlah kota pada Sabtu 3 Mei waktu setempat untuk mengambilalih penguasaan gedung dari kelompok bersenjata.
Akan tetapi di kota lain, Luhansk, pasukan pemberontak menyerang markas keamanan Ukraina. Militer Ukraina juga berusaha menghadapi serangan tersebut.
Bentrokan di bagian selatan Kota Odessa yang menewaskan 42 orang semakin panas pasca-kebakaran gedung pemerintah. Sejak itu, puluhan demontran turun ke jalan untuk mengecam jatuhnya korban jiwa.
Sementara demonstran pro-Rusia berkumpul di Trade Unions House Odessa pasca bentrok dengan aktivis pro-Ukraina. Kedua kelompok tersebut saling melempar bom molotov.
Juru bicara pemerintah Rusia menuding pemerintah Ukraina mendorong ekstimis nasionalis dan mengatakan kondisi tersebut menyebabkan rencana penyelenggaraan pemilu pada 25 Mei mendatang menjadi "tidak masuk akal".
Kekerasan yang terjadi di Odessa merupakan yang paling parah sejak Februari 2014 lalu, ketika 80 orang tewas dalam demonstrasi di Kiev menentang Presiden terguling Viktor Yanukovych.
Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov kembali melakukan pembicaraan serius melalui telepon terkait krisis Ukraina. Lavrov mendesak Kerry untuk menekan Kiev agar menghentikan operasi militer, yang dia sebut berisiko "menyebabkan negara itu dalam konflik saudara".
Kerry mengatakan Moskow seharusnya berhenti mendukung separatis pro-Rusia dan memperingatkan kemungkinan diterapkan sanksi lanjutan dari negara Barat.
Menlu AS dan Rusia itu juga mendiskusikan kemungkinan keterlibatan Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) dalam upaya menyelesaikan krisis Ukraina.