Embargo Minyak Iran Tidak Akan dipatuhi Asia Dan Eropa. Seorang ahli energi Rusia menilai larangan impor minyak Iran yang dikibarkan AS terhadap negara lain sangat sulit diterapkan, karena negara-negara Eropa dan Asia menunjukkan peningkatan resistensi mereka terhadap sanksi atas sektor minyak Iran.
Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan Eurasiareview, Konstantin Garibov mengatakan beberapa negara anggota Uni Eropa serta Turki, Jepang, Cina, Korea Selatan dan India meminta untuk dibebaskan dari sanksi minyak Iran.
"Pekan lalu India dan Turki menolak mematuhi embargo mengenai impor minyak mentah Iran, hanya beberapa hari setelah Cina mengemukakan pernyataan serupa," kata Garivon.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri India mengatakan, New Delhi akan terus mengimpor minyak dari Tehran, dan tidak perlu mengindahkan kebijakan Washington yang mencari dukungan terhadap sanksi AS pada sektor minyak Iran. "Kami telah menerima sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh PBB. Sanksi lain tidak berlaku untuk setiap negara," kata Ranjan Mathai.
New Delhi menilai sanksi baru AS atas sektor minyak Iran sebagai sesuatu yang tidak mengikat. India memenuhi sekitar tiga perempat dari kebutuhan minyak mentahnya melalui impor, dan Iran menjadi pemasok terbesar kedua setelah Arab Saudi.
Sikap senada dikemukakan Tokyo. Menlu Jepang, Koichiro Gemba, mengatakan, "Ada bahaya yang akan merusak perekonomian global, jika kita menghentikan impor minyak mentah Iran."
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkapkan kesulitan besar yang dihadapi Seoul untuk mencari pemasok baru menggantikan minyak mentah Iran. Statemen ini mengemuka di tengah meningkatnya tekanan Washington terhadap Korsel terkait penerapan sanksi AS baru terhadap Tehran.
Cho Byung-jae mengkhawatirkan meroketnya harga minyak dunia akibat sanksi minyak Iran. Pada tahun 2011, Korea Selatan memenuhi 10 persen kebutuhan pasokan minyak mentahnya dari Iran