Februari
15-19: Menyusul maraknya gerakan kebangkitan di negara-negara Arab termasuk Tunisia dan Mesir, aksi protes massif rakyat Libya meletus di Benghazi, kota terbesar kedua di negara itu.
Maret
19: Setelah pasukan pasukan pro-diktator Muammar Gaddafi mengancam akan melancarkan serangan ke Benghazi yang telah dikuasai pasukan revolusioner, Perancis, AS dan pasukan Inggris memulai mandat PBB dengan melancarkan serangan udara guna memndesak pasuksn pro-Gaddafi mundur.
31: Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjadi eksekutor mandat PBB tersebut dan menggelar operasi militer di Libya.
April
20: Perancis dan Italia bergabung dengan Inggris dalam mengirim penasehat militer untuk membantu pasukan revolusioner.
Mei
1: Kadhafi lolos dari serangan udara NATO, dan diktator Libya itu mengklaim bahwa serangan tersebut telah menewaskan Seif al-Arab, anak bungsu dan tiga cucunya.
Juni
29: Perancis menyatakan telah menjatuhkan bom-bom ke pasukan pemberontak.
Juli
15: Di Istanbul, Kelompok Kontak menyebut Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai perwakilan sah rakyat Libya, dan berencana melepaskan aset-aset rezim Gaddafi yang dibekukan dan akan diserahkan kepada NTC.
28: Pemimpin pasukan revolusioner, Jenderal Abdel Fatah Yunis, tewas di wilayah timur di saat pasukan pejuang menggempur pasukan pro-Gaddafi di kawasan barat.
Agustus
10: Uni Eropa meningkatkan sanksi terhadap rezim Gaddafi.
23: Pasukan revolusioner menembus benteng pertahanan Gaddafi di Tripoli setelah melalui pertempuran sengit. Namun para pejuang revolusioner tidak menemukan jejak Gaddafi atau anak-anaknya.
September
1: Di Paris, negara-negara anggota tetap PBB dan mencairkan kembali aset milik rezim Gaddafi senilai 10 miliar euro dengan syarat dilakukannya transisi demokratif.
9: Polisi internasional (Interpol) mengeluarkan surat penangkapan terhadap Gaddafi, putranya Seif al-Islam, dan ketua dinas intelijennya, Abdullah al-Senussi atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan, menyusul permintaan oleh ICC.
12: Niger mengatakan bahwa 32 anggota pejabat dekat Gaddafi dan Saadi Gaddafi telah tiba di Niger.
15: Perdana Menteri Inggris, David Cameron sejawatnya asal Perancis Nicolas Sarkozy berkunjung ke Libya. Pada saat yang sama, pasukan revolusioner NTC memulai serangan mereka ke kota Sirte, yang menjadi salah satu kota benteng pertahanan terakhir Gaddafi.
16: PBB memberikan kursi Libya kepada NTC.
20: Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu Ketua NTC, Abdel Jalil Mustafa. Jalil mengatakan 25.000 telah tewas dalam perjuangan melawan Gaddafi.
21: Jalil mengkonfirmasikan kemenangan pasukan revolusioner dalam pertempuran di kota Sabha, Libya selatan. Akan tetapi pasukan revolusioner menderita kerugian besar dalam serangan mereka ke Sirte.
Oktober
9: Pasukan revolusioner berhasil menguasai titik-titik penting di Sirte, termasuk pusat konferensi pameran kota Mediterania, universitas, rumah sakit dan sejumlah markas polisi di kota itu.
13: Zona udara Libya dibuka kembali untuk penerbangan komersial. Pasokan gas Libya ke Italia melalui jalur pipa Greenstream juga diaktifkan kembali.
14: Pasukan revolusioner terlibat bentrokan dengan pro-Gaddafi di ibukota.
15: Pasukan pro-Gaddafi melancarkan serangan balasan kepada pasukan revolusioner di Sirte, dan memukul mundur pasukan revolusioner.
17: Panglima pasukan revolusioner menyatakan berhasil merebut kota Bani Walid dari kontrol pasukan pro-Gaddafi.
18: Menlu AS Hillary Clinton melakukan kunjungan dadakan ke Tripoli.
19: Pejabat NTC, Mahmud Jibril memperingatkan permainan politik para mantan pejuang revolusioner meningkatkan resiko kekacauan dalam negara. Gaddafi dikonfirmasikan telah ditangkap dengan kondisi luka parah.
20: Gaddafi dinyatakan tewas.