Majalah Jerman, Der Spiegel pada hari Selasa (27/06). Mewartakan agen spionase Israel, Mossad, telah mempergunakan program penyusup komputer, Trojan Horse (Kuda Troya), untuk mengumpulkan data intelijen mengenai keberadaan sebuah fasilitas nuklir di Syria yang pada akhirnya dihancurkan oleh Tentara Pertahanan Israel pada tahun 2007 lalu.
Menurut majalah tersebut, para agen Mossad di kota London sengaja menanamkan dan menyebarkan virus tersebut pada komputer seorang pejabat Syria yang kebetulan tengah berada di ibukota Inggris tersebut. Kala itu, ia berada di sebuah hotel di kawasan Kensington.
Ketika sang pejabat meninggalkan hotel, para agen Mossad mengambil kesempatan dan memasang program Trojan Horse untuk mencuri data rahasia Syria.
Program malware tersebut menyalin rincian data mengenai program nuklir Syria, kemudian mengirimkannya langsung pada komputer agen Mossad.
Pada tanggal 6 September 2007, Israel menyerbu situs Al-Kabir di daerah gurun sebelah timur Syria. Israel mengklaim telah menghancurkan reaktor nuklir Syria yang hampir rampung pengerjaannya.
Kala itu, jet-jet tempur Israel menyerang dan menghancurkan sebuah kompleks misterius di gurun Syria.
Pada pukul 14.55, agen pemberitaan Syrian Arab News Agency (SANA) melaporkan bahwa jet-jet Israel yang berasal dari kawasan Mediterania telah melanggar zona udara Syria pada lepas tengah malam, unit pertahanan udara mengkonfrontasi pesawat-pesawat tersebut dan memaksa mereka untuk enyah setelah sempat menjatuhkan amunisi di wilayah gurun.
Pada pukul 18.46, radio pemerintah Israel mengutip perkataan seorang juru bicara militer yang berkata: "Hal ini tidak pernah terjadi," Pada pukul 20.46, seorang juru bicara departemen luar negeri AS mengatakan bahwa dirinya hanya mendengar "laporan bekas" yang isinya saling "bertentangan."
Hingga saat ini, Syria dan Israel, yang secara teknis berada dalam keadaan perang sejak berdirinya "negara Yahudi" pada tahun 1948, menyangkal adanya status perang. Namun perlahan menjadi semakin jelas bahwa pilot jet tempur tersebut bukan hanya menjatuhkan amunisi secara sembarangan pada tengah malam tahun 2007 tersebut, namun memang secara sengaja menarget dan menghancurkan kompleks rahasia Syria.
Pada bulan Juli tahun 2000, Bassar Assad, melanjutkan kepemimpinan ayahnya yang wafat, Presiden Hafez Assad. Israel merasa bahwa Assad muda, seorang dokter mata yang tidak berpengalaman dan tinggal bertahun-tahun di London, serta baru berusia 34 tahun ketika mulai menjabat sebagai presiden, akan menjadi seorang pemimpin yang lemah. Tidak seperti ayahnya, seorang realis politik yang nyaris mencapai kesepakatan dengan Israel mengenai dataran tinggi Golan di penghujung hidupnya, Bashar Assad justru tidak bisa dibaca langkahnya.
Menurut agen-agen Israel di Damaskus, Assad muda berupaya mengkonsolidasikan kekuatan dengan cara mendukung posisi yang keras dan kontroversial. Israel mengatakan bahwa Assad menyuplai persenjataan untuk Hizbullah di Libanon dalam upaya memerangi Israel.
Assad juga menerima kunjungan delegasi papan atas dari Korea Utara. Mossad meyakini bahwa subjek pembicaraan dengan perwakilan Korea tersebut adalah peningkatan kemampuan militer Syria.
Sebelumnya, Pyongyang telah membantu Damaskus dalam pengembangan peluru kendali jarak menengah.
Israel selalu menolak memberikan komentar mengenai hal tersebut, membenarkan atau menyanggah adanya serangan, namun setelah tertunda selama beberapa bulan, Washington mempresentasikan data intelijen yang menunjukkan bahwa target serangan Israel adalah sebuah reaktor yang tengah dibangun di Syria dengan bantuan dari Korea Utara.
Lebih lanjut lagi, Der Spiegel melaporkan bahwa sebelum terjadi serangan, unit intelijen militer Israel, 8200, menyadap pembicaraan para pejabat di reaktor Syria dan para pakar Korea Utara.
Penyadapan tersebut berasal dari informasi NSA. Pada musim semi 2004, NSA mendeteksi adanya frekuensi tinggi sambungan telepon antara Syria dan Korea Utara. Data NSA tersebut kemudian dikirimkan kepada unit 8200, yang kemudian melakukan penyadapan. (SMcom)