Politikus kanan populis Geert Wilders menghampiri mimbar parlemen Belanda, menata kertas, meneguk air, memandang ke depan, dan mulai berbicara.
"Kita harus melarang buku fasis itu, Al-Quran. Itu adalah buku yang mengimbau kebencian dan pembunuhan. Apabila anda mengeluarkan semua bagian yang berisi kebencian, maka yang teringgal hanyalah buku tipis yang tidak lebih tebal dari buku komik Donald Duck.”
Ini hanyalah satu dari ucapan-ucapan Wilders yang menyerang Islam dalam debat parlemen. [Wilders sekarang sedang diadili karena mengucapkan komentar serupa di luar parlemen]
Pribadi
Duduk tidak jauh dari Wilders adalah anggota parlemen Coskun Çörüz, seorang muslim.
Çörüz: 'Ucapan-ucapan Wilders membuat saya merasa tak nyaman. Karena ini sifatnya pribadi, mencerminkan kepribadiaan seseorang. Dan saya tidak ingin berubah agama.'
Çörüz merupakan satu dari tujuh anggota parlemen Belanda lainnya yang menyatakan mereka adalah muslim aktif (tujuh anggota lainnya berlatar belakang msulim).
Muslim lain dalam parlemen adalah Tofik Dibi. Ia mengatakan tidak mau dipengaruhi ucapan-ucapan Wilders itu. Keberadaanya di parlemen Belanda dengan sendirinya merupakan imbangan terhadap pernyataan-pernyataan anti Islam Wilders itu sendiri.
Dibi: 'Banyak yang mengatakan pada saya, kamu mungkin merasa sangat terhina ketika duduk di sana dan mendengarkan. Tapi saya menjawab, tidak, tidak seperti itu. Saya merupakan bukti hidup bahwa ia salah. Saya dibesarkan di sini, saya muslim, tapi saya mencintai kebebsan lebih dari padanya.'
Lima persen anggota parlemen Belanda adalah muslim aktif, jumlah yang mencerminkan secara sempurna persentase penduduk muslim di Belanda secara keseluruhan.
Anggota parlemen Belanda yang muslim bersikap low profile, tidak ada yang meminta fasilitas khusus dalam gedung parlemen, seperti ruang shalat. Selama debat, para anggota parlemen muslim juga jarang menyebut agama mereka. Mereka tidak ingin diberi etiket sebagai wakil 'Muslim'.
Bukan bukti
Çörüz nyaris menjadi 'bukti' Muslim. Ia anggota Kristen Demokrat, dan memainkan peran penting dalam perundingan penyusunan pemerintahan koalisi yang sekarang. Çörüz bahkan menyatakan kesediaan bekerjasama dengan Wilders (Partainya PVV memainkan peran penting dalam mendukung pemerintahan minoritas sekarang).
"Saya menganjurkan kerjasama ini karena CDA adalah salah satu partai tertua. Saya tidaklah takut terhadap partai baru yang meneriakkan ide-ide anti Islam. Kita tidaklah mempercayai apa yang dikatakannya, jadi kita harus berdiri dan menghadapinya," kata Çörüz.
Bicara sendiri
Menurut Dibi CDA seyogyanya tidak bekerjasama dengan Geert Wilders. Tapi seperti halnya Çörüz, Dibi hendak menghindari citra bahwa ia berbicara atas nama seluruh muslim Belanda:
Dibi: 'Ketika saya bangun pagi dan pergi kerja, saya tidak berpikir ini dia seorang muslim yang berangkat ke parlemen. Saya pergi dan melakukan pekerjaan saya. Menjengkelkan kalau sejumlah orang menganggap kita sebagai juru bicara seluruh muslim.'
Ini merupakan persoalan khas yang dihadapi minoritas di mana saja. Belanda memiliki tradisi partai-partai kristen (saat ini ada tiga partai kristen dalam parlemen). Mengapa orang muslim tidak membentuk partainya sendiri? Partai seperti ini bisa berbicara atas nama seluruh muslim, yang tidak bisa dilakukan politisi secara perorangan. Ada upaya untuk membentuk partai muslim, tapi tidak ada yang berhasil menjembatani perbedaan di kalangan masyarakat muslim sendiri.
Normal
Semakin banyak orang muslim yang ambil bagian dalam politik Belanda. Geert Wilders bisa bicara apa saja tentang Islam, tapi pada saat ia mengatakan hal itu di parlemen, maka bisa jadi ketika berbicara ia akan memandang mata salah seorang anggota muslim. Tapi ini sudah menjadi sesuatu yang normal, tidak seorangpun yang mengomentarinya.
Çörüz: 'Muslim adalah bagian dari Belanda, dan karena kita menjadi bagian darinya, maka kita seyogyanya turut serta dalam seluruh struktur. Politik, bisnis, semuanya. Satu juta orang muslim ada di sini, jadi kita adalah bagian dari politik.'(rnw)