Pemerintah Baghdad mengatakan pasukan Amerika Serikat yang tersisa di negara mereka harus meninggalkan Irak pada akhir tahun 2011, Sementara itu, Washington telah memulai kampanye untuk memperluas kehadiran militer di negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari mengatakan pada hari Rabu (11/5) bahwa AS harus menarik pasukannya dari wilayah Irak sesuai batas waktu atau akhir 2011, yang telah disepakati sebelumnya, IRNA melaporkan.
Pada tanggal 31 Agustus 2010, Gedung Putih menyatakan mengakhiri misi tempurnya di Irak, tetapi meninggalkan sekitar 50.000 serdadunya di negara itu untuk misi yang diklaim memberi pelatihan.
Seraya menegaskan tidak ada perjanjian rahasia dengan Washington dalam masalah tersebut, Zebari mencatat bahwa kerjasama strategis Irak dengan AS adalah hubungan jangka panjang dan tidak ada yang boleh berharap bahwa kedutaan dan konsulat AS akan ditutup di Irak.
Zebari membuat pernyataan itu pada sebuah konferensi di Baghdad bersama dengan sejawatnya dari Iran, Ali Akbar Salehi. Kedua belah pihak mengatakan bahwa Tehran dan Baghdad memiliki keprihatinan yang sama terkait perkembangan Timur Tengah dan perseteruan politik di kawasan.
"Kita semua hidup di wilayah yang sama dan apa yang terjadi di wilayah ini akan mempengaruhi semua," kata Zebari merujuk pada protes rakyat yang menerpa negara-negara Arab di Timur Tengah.
"Kami percaya bahwa tuntutan rakyat di kawasan tersebut harus dipertimbangkan dan aspirasi mereka harus didengar," tambahnya.
Di pihak lain, Salehi memuji peningkatan hubungan Tehran-Baghdad dan menilai perjanjian ekonomi antara kedua negara sebagai langkah positif.
Seraya mengkritik invasi yang dipimpin militer Arab Saudi ke Bahrain, Salehi menilai langkah itu sebagai kesalahan strategis. Dia memperingatkan bahwa represi lanjutan atas protes rakyat bisa menyulut ekstremisme di wilayah tersebut yang mengancam keamanan dan stabilitas di sana.
Menlu Iran Iran juga mengutuk dualisme Barat, yang bersikap bungkam atas pembunuhan demonstran damai di Yaman dan Bahrain, serta mengobarkan perang di Libya. (irib)