Berlalunya hari demi hari semakin menguak dimensi-dimensi baru dari kejahatan yang dilakukan rezim Al-Khalifah terhadap rakyat Bahrain. Yahya Hadid salah seorang tokoh politik di Bahrain mengatakan bahwa salah seorang demonstran yang ditahan oleh pasukan keamanan meninggal dunia setelah mengalami penyiksaan fisik dalam tahanan. Masyarakat terkejut dengan keterlibatan agen-agen Inggris dalam menyiksa para tahanan. Menurut Hadid, sampai saat ini sekitar 600 demonstran ditahan sementara sejumlah lainnya hilang tanpa ada berita mengenai nasib mereka. Tak hanya itu, rezim Al-Khalifah mem-PHK-kan orang-orang Syiah dari kantor-kantor pemerintah dan swasta. Rezim Bahrain juga mengerahkan aparat keamanan untuk menyerang masjid-masjid dan pusat-pusat keagamaan seperti husainiyah.
Meski semua itu terjadi di depan mata, namun Liga Arab juga AS dan sekutu-sekutu Eropanya memilih bersikap pasif terkait perkembangan di Bahrain. Arab Saudi bahkan semakin memparah keadaan dengan mengirim sekitar seribu tentara ke negara itu untuk membantu rezim Al-Khalifah menumpas gerakan demonstrasi massa yang sebenarnya berlangsung damai. Dalam beberapa hari terakhir, brutalitas tentara Bahrain dan Arab Saudi terhadap warga dan demonstran semakin meningkat. Namun demikian sejauh ini belum ada reaksi apapun dari lembaga-lembaga dunia maupun regional terhadap kejahatan kemanusiaan yang sedang terjadi di Bahrain, kecuali hanya sebatas kritik atas kebijakan tangan besi yang dijalankan rezim Manama dalam menghadapi para demonstran.
Tak diragukan bahwa terlibatnya Arab Saudi dalam krisis Bahrain dengan mengirimkan tentara ke sana semakin mempersulit keadaan. Tak heran jika lantas negara-negara lain anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia menyatakan khawatir dengan perkembangan yang ada.
Gelombang kebangkitan rakyat di sejumlah negara Arab Timur Tengah dan Afrika Utara memang menyentak dunia karena berlangsung dengan cepat. Bagi AS, transformasi ini jelas mengganggu kepentingan imperialismenya. Untuk Bahrain, Washington punya kekhawatiran yang lebih mengingat AS memiliki pangkalan militer di negara ini. Wajar jika untuk mempertahankan hegemoni di sana, AS mengerahkan segenap daya dan kekuatan termasuk kekuatan lobi dengan Liga Arab dan organisasi-organisasi regional Arab untuk mempertahankan kekuasaan rezim Al-Khalifah.
Tapi rakyat Bahrain sudah bertekad bahwa krisis ini tak mungkin selesai kecuali dengan turunnya Al-Khalifah dari kekuasaan. Kekerasan dan keberingasan rezim hanya akan memperkuat tekad dan semangat rakyat untuk terus berjuang mewujudkan cita-citanya menumbangkan kekuasaan rezim yang dependen, korup dan despotik. (irib)