Sebuah jajak pendapat yang dilakukan CNN mengenai pandangan warga AS terhadap kaum muslim di negara ini, mereka kebanyakan berpendapat positif dan tidak keberatan jika masjid didirikan di lingkungan mereka.
Hasil jajak pendapat itu mengemuka di saat masyarakat muslim AS mengecam keras aksi seorang misionaris evangelis yang membakar salinan Al Qur'an di sebuah gereja kecil di Florida.Hingga kini, muslim AS terus menyaksikan penistaan terhadap al-Quran dengan alasan perang menghadapi terorisme, yang dibarengi dengan berbagai tekanan dan pembatasan terhadap mereka.
Hasil jajak pendapat terbaru CNN menunjukkan bahwa sikap warga AS terhadap muslim saat ini cenderung semakin membaik dibandingkan semenjak hancurnya menara kembar WTC di New York pada 11 September 2001 silam. Faktanya, berdasarkan polling ini, 69 persen warga AS tidak menentang dibangunnya Islamic center di dekat lokasi WTC.Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan setahun pasca terjadinya peristiwa 11 September. Sebuah polling yang dilakukan di tahun 2002 menunjukkan bahwa hanya 39 persen warga AS yang positif menilai muslim di negara itu.
Tampaknya kubu haus perang AS dan partai pendukungnya tidak puas atas perbaikan sikap warga AS terhadap muslim. Untuk itu, mereka berupaya meningkatkan Islamophobia dan menebarkan ketidakamanan bagi muslim di negara ini. Salah satu upaya tersebut di tingkat politik adalah pertemuan di parlemen AS.
Pasalnya, para petinggi Partai Republik baru-baru ini mendukung kuat keputusan ketua Komite Keamanan Dalam Negeri, Peter T. King, untuk menggelar dengar pendapat tentang Radikalisasi Muslim. Ironisnya pertemuan tersebut tidak mengundang satupun wakil dari komunitas muslim. Pertemuan ini digelar dengan asumsi keliru mengenai korelasi Islam dan terorisme.
Anggota Kongres dari Partai Republik ini menilai pertemuan tendensius yang menyudutkan Muslim itu perlu digelar, karena dirinya menyaksikan lebih dari 100 ribu konstituennya tewas dalam serangan WTC. Senada dengan King, Eric Cantor, anggota GOP dari Virginia bahkan menyinggung kaitan erat antara tersangka teroris di Fort Hood dengan ekstremisme Muslim.
Sejumlah pejabat teras AS mengkhawatirkan munculnya friksi antarumat beragama di negara yang mengklaim sebagai kampium demokrasi. Untuk itu, pemerintah Washington turun tangan mencegah upaya Terry Jones, kepala Dove World Outreach Center yang merencanakan pembakar Al-Qur'an tahun lalu pada hari peringatan serangan peristiwa 11 September.
Namun jejak Jones diikuti oleh misionaris evangelis AS, Wayne Sapp pada hari Minggu dengan membakar salinan Al Qur'an di sebuah gereja kecil di Florida. Sapp, anggota Dove World Outreach Center, mengklaim bahwa kitab suci Al Quran telah ditemukan "bersalah" dan karena itu "dieksekusi."
Di tengah meningkatnya aksi diskriminasi terhadap muslim AS, Dick Durbin, Senator dari Partai Demokrat menggulirkan pertemuan untuk membahas sentimen anti muslim di negara ini pada 29 Maret mendatang. Lalu, apakah pertemuan ini digelar untuk meredakan protes jutaan muslim AS terhadap kinerja buruk lembaga pemerintahan dan kelompok rasis antimuslim di negara ini. Ataukah untuk memahami lebih dalam masyarakat muslim Negeri Paman Sam?(irib)