
Di balik layar televisi, koran dan internet, serta media massa lainnya, masyarakat dunia terhenyak menyaksikan sepak terjang brutal rezim Gaddafi dalam menumpas aksi perlawanan para penentangnya. Lewat media massa mainstream, pubik dunia digiring untuk menjustifikasi invasi Barat ke Libya demi sebuah tujuan terselubung, mengeruk minyak negara itu.
Namun di saat yang sama, media mainstream menutup rapat-rapat pemberitaan mengenai kejahatan sebuah rezim monarki terhadap rakyatnya di negara yang juga berbahasa Arab, sama seperti Libya, Mesir dan Tunisia yang berhasil menggulingkan rezim despotik semacam Ben Ali dan Mubarak.
Perlawanan rakyat Bahrain melawan rezim monarki tidak dikawal media mainstream. Bahkan alih-alih mendukung, media-media tersebut justru menyudutkan perlawanan rakyat dan berpihak membela pemerintah tiran.
Di bawah aksi represi rezim Manama dan tanpa dukungan media mainstream, spirit perlawanan rakyat Bahrain tidak surut. Salah seorang aktivis politik Bahrain mengungkapkan, Rezim Al Khalifa tidak akan pernah bisa memadamkan tekad baja kami. Sheikh Habib Al-Miqdad mengatakan, menumbangkan rezim Hamad bin Isa Al Khalifa merupakan tuntutan mayoritas rakyat Bahrain yang tidak bisa lagi dihalang-halangi. Ditegaskannya, Suara rakyat Bahrain tidak bisa dibungkam, meski monumen Mutiara telah dihancurkan pemerintah. Menurut ketua yayasan Az-Zahra, pemberlakukan keadaan darurat militer tidak akan mampu melemahkan semangat perjuangan rakyat menyuarakan tuntutan hak-haknya.
Sheikh Ali Salman, Ketua Partai Al-Wefaq menyatakan bahwa rakyat Bahrain tidak akan menghentikan aksinya selama tuntutan mereka tidak dipenuhi. Ditegaskannya, Kini tiba waktunya untuk berubah, dan pemerintahan monarki akan tumbang.
Sementara itu, Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah, dalam pidatonya yang disampaikan Sabtu malam (19/3) mengatakan, "Tindakan pasukan Bahrain terhadap para pendemo sama seperti perilaku Rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina."
Sayid Hasan Nasrullah menyebut pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam kejahatan yang dilakukan rezim diktator Bahrain terhadap rakyatnya. Washington menebar friksi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menyelamatkan minyak yang dikeruknya dari tangan rezim-rezim boneka.
Sejatinya, di bawah desingan peluru, deru tank dan helikopter, rakyat Bahrain terus berjuang menegakkan kebenaran, meski harus ditebus dengan darah kesyahidan. Seperti Kata Erdegon, Bahrain adalah Karbala. Darah syuhada akan mengalahkan senapan, tank dan helikopter.(irib)