Sebuah Halaman Facebook yang bahasa Arab,yang isinya menyerukan kepada rakyat Palestina agar turut ambil bagian dalam unjuk rasa massal menentang Hamas di Jalur Gaza Jumat besok (11/2).
Halaman yang diberi judul "Revolusi Kehormatan" (Thauret al-Karama) tersebut mendesak warga Gaza agar turun ke jalan setelah sholat Jumat untuk menggulingkan pemerintahan de facto Hamas.
"Para pemuda Jalur Gaza akan melancarkan aksi besar yang akan mengubah wajah sejarah," demikian isi pesan yang ditulis di halaman tersebut.
"Kami mendapat ilham dari revolusi di Tunisia dan Mesir, yang turut bergabung dalam perjuangan meraih kemerdekaan," demikian dituliskan di halaman tersebut.
Hingga Rabu (9/2) siang, sudah ada 2.338 orang yang bergabung dengan halaman tersebut dengan mengeklik tombol "like."
Seperti dituliskan, tujuan dari grup itu adalah mengakhiri perpecahan antara Gaza dan Tepi Barat, yang terjadi setelah Hamas memenangkan kekuasaan di Jalur Gaza pada Juni 2007. Delapan belas bulan sebelumnya Hamas memenangkan pemilihan parlemen, namun tidak diakui oleh pemerintahan Fatah.
Halaman Facebook yang hanya ada dalam bahasa Arab tersebut mengimbau kepada aparat keamanan Hamas agar tidak menggunakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.
"Kami akan mengakhiri perpecahan dan kembali mendapatkan persatuan nasional dengan cara damai. Pesan kami kepada kalian (Hamas): Jangan lumuri tangan kalian dengan darah murni kami," demikian dituliskan di halaman tersebut. "Jangan patuhi para tuan kalian, para pemilik vila, apartemen, tanah, mobil dan jip."
Grup itu mengatakan bahwa unjuk rasa di seluruh Gaza akan menjadi "revolusi populer yang murni" dari semua unsur politik.
"Ini adalah revolusi seluruh masjid, gereja, pabrik, universitas, sekolah, para pengangguran, dan warnet," demikian dinyatakan di halaman itu.
Para pendukung Fatah disebut-sebut berada di antara para pengguna internet yang meluncurkan halaman tersebut.
Halaman Facebook tersebut berisi sejumlah slogan kebencian yang diarahkan kepada Hamas dan pemimpinnya, Ismail Haniya. Ada juga foto Mahmoud Abbas di samping foto lain Che Guevara serta instruksi terperinci untuk mendukung demonstrasi melalui YouTube, Twitter, email, serta spanduk-spanduk.
Tawfiq Tirawi, seorang mantan kepala intelijen pemerintah Palestina dan saat ini menjadi anggota Komite Sentral Fatah, mendukung grup tersebut. "Kami adalah sebuah bangsa yang berjuang dengan segala cara untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Israel, jadi bagaimana bisa kami menerima ‘rezim lalim’ Hamas?"
Tokoh senior Hamas, Salah Bardawil mengatkan, "Pernyataan Tirawi tidak membuat kami khawatir, Gaza menjadi tujuan dari setiap revolusi di dunia Arab." Ia menambahkan, dirinya tidak mengetahui ada rencana melakukan unjuk rasa di Gaza.
Halaman Facebook itu menghilang secara misterius pada hari Kamis petang, namun para pembuatnya segera membuat yang baru dan mengaku tidak akan mundur dari rencana mereka mendorong para penduduk Gaza agar turun ke jalan.
Para pengamat di Gaza dan Tepi Barat mengaku tidak yakin apakah seruan di Facebook tersebut dapat memobilisasi pengunjuk rasa dalam jumlah besar.
Mereka mengklaim, warga Gaza takut dengan aparat keamanan Hamas yang bertindak kasar terhadap para pengkritik.
Human Rights Watch (HRW) pada hari Selasa mengatakan bahwa aparat Hamas di Gaza menghalau demonstrasi solidaritas dengan Mesir pekan lalu.
Lembaga internasional itu mengatakan bahwa polisi secara sewenang-wenang menangkap enam orang wanita dan mengancam menangkap 20 orang lainnya setelah mereka tiba di Taman Prajurit Tak Dikenal di Kota Gaza.
Menurut HRW, kepolisian pemerintah Palestina yang dipimpin Abbas juga menggunakan kekerasan terhadap unjuk rasa damai di pusat Kota Ramallah, Tepi Barat, pekan lalu dengan cara memukul, menendang, dan menahan para pengunjuk rasa, demikian juga dengan setidaknya dua orang wartawan dan seorang asisten peneliti HRW. (dn/hz/yn)