Menyusul tetangganya, Guyana menjadi negara Amerika Latin keenam yang mengakui negara Palestina merdeka. "Menjadi harapan Guyana bahwa penambahan pengakuan terhadap negara Palestina akan berkontribusi terhadap resolusi konflik Palestina-Israel dan menciptakan perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut," ujar menteri luar negeri dalam sebuah pernyataan, Kamis (13/1).
Keputusan Guyana, lanjut bunyi pernyatana, sejalah dengan solidaritas tak tergoyahkan negara dalam jangka waktu lama dan komitmen terhadap keadilan dan aspirasi sah dari rakyat Palestina. Menurut Guyana, Palestina selama ini telah memperjuangkan hak untuk teguh dan memperoleh tanah yang mereka miliki, merdeka, bebas, sejahtera dan dalam damai.
Dengan demikian Guyana bergabung dengan Brasil, Argentina, Bolivia, Uruguay dan Ekuador, negara-negara yang mengakui Palestina sebagai negara merdeka di dalam perbatasan yang telah ada sebelum Israel mencaplok Tepi Barat. Wilayah Palestina merdeka yang dimaksud termasuk Jerusalem timur dan Jalur Gaza yang juga ikut diduduki dalam perang Timur Tengah 1967.
Pemimpin Palestina telah meningkatkan lobi internasional untuk memperoleh pengakuan setelah dialog damai dengan Israel macet akibat bermacam kendala, termasuk pembangunan permukiman Yahudi yang dilanjutkan lagi di tanah palestina. Kendala lain adalah penentuan batas wilayah dan status Yerusalem.
Dalam pidato tahun baru kemarin, Mahmoud Abbas, presiden Palestina, mendesak komunitas internasional hadir dengan rencana baru setelah diplomasi yang digagas AS, gagal membekukan total proyek konstruksi permukiman
Jumat pekan lalu, secara resmi Chili juga mengakui keberadaan negara Palstina. Namun negara itu tak menyebut isu seputar perbatasan dua negara. Sementara pejabat Israel telah membatalkan deklarasi dibuat sebelumnya yang mendukung keberadaan negara Palestina. Israel juga menuding pengakuan dari Chile 'tak berguna dan sekedar gertak kosong' yang tak akan mendorong perdamaian.
(republika)