Tempat : Syria.
Masa : Pertengahan abad 12 sampai pertengahan abad 16.
Pemimpin : Hasan Bin Sabah (master budaya dan penyair yang menguasai sains modern)
Siapa : Kelompok peghisap ganja yang memiliki misi kekuasaan atas masyarakat muslim sedunia. Pembantai sesama umat dengan dalih jihad yang mengadopsi akidah Syiah tentang Imam Mahdi.
Cara : Serangan gerilya secara keji, merekrut dan menculik pemuda2 ‘berotak baru’ dengan segala kenikmatan bius mereka rasakan berbarengan dengan doktrin-doktrin sebelum akhirnya dilepas kembali ke tengah masyarakat. Di benteng assassins, lembah Alamut yang menjadi legenda Persia yg terkenal dgn sebutan “surga dunia” (Marco polo pernah menulis puisinya usai perjalanan melintasi benteng tersebut), mereka di cuci otak dengan segala tipu daya hingga akal sehat mereka menjadi hilang. bagi mereka sosok Hasan bin Sabah adalah segalanya.
Motto mereka kemudian: Tak ada larangan, semua halal. Kemabukan mereka akan terbiasa dengan kemewahan itu lah yg selalu membawa mereka kembali ke taman surgawi Hasan bin Sabah, dan mereka menghalalkan segala cara dan rela meski nyawa sebagai taruhan.
Art of imposture (seni menipu) adalah cara lanjutannya.
Kata sandi the assassins adalah “dari surga”. Setiap ada “surat perintah jalan” untuk misi, eksekutor assassins akan mendapat pertanyaan : “dari mana asalmu?” sang eksekutorpun menjawab: “dari surga.” Setelah dipastikan, instruksi dimandatkan, “bunuhlah fulan/fulanah. Setelah berhasil, kau akan kembali menghuni surga. jemputlah kematian! karna para malaikat tak sabar mengangkatmu ke surga!”.
Berakhir : Hasan bin sabah terbunuh ditangan anaknya sendiri , Muhammad (bukan yg rasul), kelompok Assassins mengalami kemunduran. tahun 1256, Muhammad juga dibunuh anaknya sendiri. markas besar assassins, benteng alamut, jatuh ke tangan penjajah Mongol yang menandai akhir riwayat assassins. pada awal abad 16, pemerintah Ottoman yang berkuasa menghancurkan pertahanan assassins terakhir di Syria. Tamatlah kekuatan militer Assassins yang tak terkalahkan pada masanya.
Kemudian, dinasti pemimpin Nizariyah Ismailiyah memoderenisasi organisasinya. Agha Khan adalah tokoh utamanya, dan merubah total organisasi tsb dgn mensyaratkan toleransi kepada sesama umat manusia sebagai lanskap kegiatannya dan melaksanakan perintah al-quran.