Sejumlah pejabat pemerintah Irak menuduh ekstremis unsur Wahhabi di Arab Saudi mendukung serangan teroris di negara ini.
"Kami berharap bahwa negara-negara tetangga kita melakukan yang terbaik untuk membantu pemerintah Irak mengontrol perbatasan dan meningkatkan keamanan," kata Fawzi Tarzi gerakan Sadr kepada seorang koresponden Press TV pada hari Rabu (29/12).
Anggota Koalisi Nasional Irak mengatakan beberapa kalangan di Arab Saudi menawarkan dukungan finansial dan moral untuk teroris, yang berada di balik berbagai serangan di negara yang sedang dilanda perang.
Mereka menambahkan bahwa beberapa otoritas keagamaan di Arab Saudi bahkan mengeluarkan fatwa yang memungkinkan membunuh orang Syiah, yang membentuk mayoritas penduduk Irak, dan bahwa pemerintah Saudi melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk menggagalkan terbentuknya pemerintahan baru Baghdad.
"Pemerintah Saudi telah melakukan apa pun yang bisa dilakukannya untuk mencegah pembentukan pemerintah Irak yang dipimpin Syiah," kata analis politik Khalid al-Sarral.
Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menyebut sektor keamanan sebagai salah satu prioritas utama setelah parlemen menyetujui pencalonannya untuk masa jabatan kedua. Karena aksi teror dan serangan masih menjadi masalah utama di ibukota Irak dan kota utama Mosul utara.
Sementara itu, politisi Koalisi Nasional Irak menyatakan ada cukup bukti untuk keterlibatan Saudi dalam setidaknya sebagian kekerasan dan untuk membuktikan bahwa mereka masih ikut campur dalam urusan internal Irak, meskipun Riyadh telah membantah terlibat dalam kekerasan.
Pejabat Irak juga mendesak pemerintah untuk mengontrol ketat perbatasan negara dengan Arab Saudi untuk menghentikan aliran teroris ke negara itu.
"Kita harus segel perbatasan kita dengan Arab Saudi untuk mengontrol aliran terorisme," kata Mohammed Hussein dari Aliansi Nasional Irak. (IRIB.ir)