Pendiri situs WikiLeaks, Julian Assange mengaku dihujani ancaman pembunuhan oleh para prajurit Amerika Serikat. Tak hanya Assange, putranya Daniel, 20, serta pengacaranya juga tak luput dari ancaman-ancaman yang serupa.
Setelah dibebaskan dengan jaminan sebesar £275.000 di London dan menunggu ekstradisi ke Swedia untuk menghadapi tuduhan pemerkosaan, Assange, 39, menyampaikan pengakuan, "Saya mendapat ancaman pembunuhan sepanjang waktu. Pengacara saya juga (diancam bunuh), demikian juga dengan putra saya. Sebagian besar (ancaman) berasal dari para personel angkatan bersenjata Amerika Serikat."
Putra Assange, yang bekerja untuk sebuah perusahaan desain perangkat lunak, diyakini tengah bersembunyi di Australia.
Sang pendiri WikiLeaks yang berkebangsaan Australia tersebut berbicara kepada harian El Pais dari Spanyol dari rumah besar di Norfolk yang ditinggalinya berdasar persyaratan pembebasannya.
Assange menambahkan, "Rasanya mengagumkan keluar dari sel penjara yang hanya ditempati sendiri. Saya bisa lihat bahwa kami (WikiLeaks) mendapatkan dukungan berskala global, khususnya di Amerika Selatan dan Australia. Tampaknya seolah semua orang, di mana pun berada, mendukung kami."
Pendiri WikiLeaks tersebut mengaku hanya berbicara selama beberapa menit di tangga Pengadilan Tinggi di Kota London setelah dibebaskan Kamis lalu karena polisi khawatir dirinya akan dibunuh.
Assange mengaku ditahan di Penjara Wandsworth di bagian penjara yang berisi "orang-orang yang telah dijatuhi hukuman atas kejahatan seksual, pembunuhan anak-anak."
Ia menambahkan, "Ada beberapa pedofil gila yang berteriak-teriak sepanjang malam."
Tapi, Assange mengklaim bahwa dirinya mendapatkan dukungan dari sebagian besar sipir, salah satunya bahkan memberinya sebuah kartu bertuliskan, "Di dunia ini, hanya ada dua orang pahlawan bagi saya. Yang pertama Martin Luther King, yang kedua dirimu."
Pengakuan Assange disampaikan saat para anggota "hacktivist" di London meluncurkan operasi bernama Operation Paper Storm, mereka membanjiri kereta-kereta dengan salinan cetakan dokumen pemerintah AS yang dipublikasikan WikiLeaks.
Kelompok tersebut, yang juga menyerang situs internet MasterCard, Visa, Paypal, serta Amazon bulan ini untuk membalas pencabutan layanan terhadap WikiLeaks, memperpanjang masa gencatan senjata online-nya hingga 11 Januari mendatang, saat Assange dijadwalkan hadir di persidangan terkait ekstradisi.
Seorang sumber yang tak menyebutkan namanya mengatakan, "Jika Julian diekstradisi, maka yang akan jadi sasaran adalah Swedia."
Assange juga mengklaim satu buah giginya tanggal saat berada dalam penjara gara-gara mengunyah benda dari logam yang ada di piring makanannya.
Ia berkata, "Saya tidak tahu apakah itu sengaja ditaruh di sana atau hanya kecelakaan saja." Assange mengaku membungkus giginya yang tanggal dengan kertas, namun bungkusan berisi gigi itu kemudian lenyap dari sel penjaranya.
Assange membantah keras tudingan yang diarahkan kepadanya oleh dua orang wanita di Swedia. Ia mengklaim menjadi korban fitnah.
Sang pendiri WikiLeaks berkata, "Saya tidak suka jika kata perkosaan disandingkan dengan nama saya. Saya sama sekali tidak pernah berhubungan intim dengan siapa pun tanpa izin." (Suaramedia.com)