Amerika Serikat, Jumat (15/10/2010), mengatakan kecewa dengan rencana Israel untuk membangun 138 rumah pemukim baru Yahudi di Jerusalem Timur. AS mengatakan, rencana itu merusak upaya untuk menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian di Timur Tengah.
"Kami kecewa dengan pengumuman tentang tender baru di Jerusalem Timur kemarin. Rencana itu bertentangan dengan upaya kami untuk memulai lagi pembicaraan langsung di antara pihak-pihak tersebut," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Philip Crowley, kepada wartawan. Ia mengatakan, beberapa pejabat AS telah menyampaikan kekecewaan mereka kepada rekan mereka dari Israel ketika mereka diberi informasi mengenai rencana pembangunan permukiman baru di Jerusalem Timur itu.
Ketika ditanya apakah utusan khusus AS untuk Timur Tengah, George Mitchell, akan kembali ke kawasan itu, Crowley mengatakan, "Kami masih mengevaluasi, apa langkah-langkah yang pantas pada waktu yang akan datang. Saya belum dapat mengumumkan."
Rencana bagi perumahan baru di lingkungan permukiman Pisgat Zeev dan Ramot itu telah disetujui pada hari Kamis oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Hal ini disampaikan dalam laman Ynet Israekl.
Kepala juru runding Palestina, Saeeb Erakat, mengatakan, tindakan Israel itu membuktikan bahwa Israel bermaksud sungguh-sungguh untuk membunuh setiap kesempatan menghidupkan kembali pembicaraan damai di antara kedua belah pihak. "Netanyahu telah membuat pilihannya: permukiman di atas perdamaian," katanya.
Seperti dikabarkan, pembicaraan perdamaian Timur Tengah diluncurkan kembali pada awal September lalu oleh Menlu AS Hillary Clinton yang kemudian terhenti dalam beberapa pekan setelah berakhirnya moratorium 10 bulan pembangunan rumah-rumah pemukim baru Yahudi. Presiden Palestina Mahmud Abbas telah menolak untuk mengadakan pembicaraan lagi ketika pembangunan permukiman terus dilakukan dan para menteri luar negeri Liga Arab, dalam pertemuan Liga Arab di Sirte, Lybia, pekan lalu memberi perunding AS waktu sebulan untuk memecahkan kebuntuan itu.
Palestina mengharapkan Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka pada masa depan, sementara Israel menganggap seluruh Jerusalem, yang mereka rebut dalam Perang Enam Hari 1967, sebagai ibu kotanya yang kekal dan tak dapat dibagi. (kompas)