19 Jun 2010

Pembantaian Warga Armenia Oleh Turki Diungkit Israel.

ImageTEL AVIV – Parlemen Israel, Knesset, akan menggelar rapat dengar pendapat untuk menentukan apakah akan mengakui peristiwa pembunuhan orang-orang Armenia oleh kekaisaran Ottoman Turki pada era Perang Dunia I sebagai sebuah genosida atau bukan.
Sesi dengar pendapat tersebut akan digelar di Komite Luar Negeri dan Pertahanan. Komite tersebut sebelumnya menyebutkan bahwa dengar pendapat tersebut akan dilangsungkan dalam dua minggu.


Langkah tersebut awalnya diusulkan oleh Haim Oron dari Partai Meretz tahun lalu, namun agaknya ketegangan dengan Turki dan Israel yang meningkat baru-baru ini menjadi alasan utama mengangkat kembali rencana tersebut di Knesset.


Armenia menuding Turki telah membantai hingga 1,5 juta orang Armenia pada masa Kekaisaran Ottoman tahun 1915-1917.


Akan tetapi, Turki menyebut angka kematian yang terjadi kala itu berkisar pada 300.000 hingga 500.000, ia mengatakan setidaknya jumlah warga Turki yang tewas dalam betrokan sipil setelah Armenia memihak pasukan Rusia melawan penguasa Ottoman.


Langkah Knesset tersebut muncul setelah baru-baru ini Israel melakukan pembantaian terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza pada 31 Mei yang menewaskan 20 aktivis hak asasi manusia, termasuk sembilan warga Turki, dan melukai 40 orang lainnya.


Haim Oron sudah mengajukan proposal genosida Armenia tersebut sejak Ehud Olmert menjadi Perdana Menteri. Proposal tersebut ditunda atas permintaan Olmert. Saat hubungan Israel dengan Turki masih cukup baik.


Tzipi Livni, yang dulu merupakan menteri luar negeri Israel, juga meminta menghapuskan proposal Oron dari agenda Komite Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga. Ia mengatakan diskusi tersebut bisa merusak stabilitas hubungan diplomatik dengan Turki, yang menolak disebut bertanggung jawab atas kematian hampir 1 juta warga Armenia dalam Perang Dunia I.


Oron mengatakan, sebelum voting, Livni memanggilnya dua kali dan memintanya menarik poposal. "Kita berutang kepada Armenia untuk melakukan hal ini, khususnya saat kita berusaha melestarikan kenangan masyarakat kita," kata Oron.


Ia menambahkan, dirinya ingin pembahasan tersebut berujung pada resolusi oleh Knesset yang mengakui genosida terhadap Armenia oleh pasukan keamanan Turki.


Sebelumnya, sekutu Israel, Amerika Serkat, telah resmi menyatakan peristiwa tersebut sebagai genosida pada Maret lalu.


Sesudahnya, Menteri Pertahanan AS, Robert Gates menyampaikan penyesalan terhadap keputusan sebuah komite dewan AS yang menyebut pembunuhan orang-orang Armenia di Anatolia sebagai genosida. Gates juga menyuarakan kewaspadaan terhadap dampak-dampak resolusi dewan AS tersebut yang mungkin merusak hubungan AS dan Turki.


Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Al Arabiya, Gates ditanya mengenai kekhawatirannya menyusul penarikan duta besar Turki untuk AS, sehubungan dengan peristiwa tanggal 4 Maret tersebut. Ia juga ditanya mengenai kekhawatiran perihal kemungkinan ancaman Turki untuk menunda pemberian bantuan militer untuk AS.


"Saya khawatir dengan hal itu. Saya akan mengatakan bahwa hanya ada satu komite dewan yang memberikan dukungan terhadap resolusi tersebut," kata Gates, menurut transkrip wawancara yang dimuat di situs internet Departemen Pertahanan.


"Kami betul-betul merasa bahwa resolusi itu merupakan sebuah kesalahan. Turki dan Armenia mencapai kemajuan dalam menuju proses rekonsiliasi. Ada banyak protokol yang digariskan dari kata-kata itu. Proses semacam itulah yag kami rasa harus dipergunakan. Sebuah resolusi jenis ini dapat amat merusak hubungan AS dan Turki, dan kami pastinya berharap bahwa Kongres dan Dewan Perwakilan Rakyat tidak lagi mengambil langkah semacam itu," tambah Gates.


Sebuah harian berbahasa Arab yang berbasis di kota London menyebut para tukang lobi Yahudi telah merancang hasil pengambilan suara kongres AS yang menyatakan pembantaian orang-orang Armenia pada era Perang Dunia Pertama sebagai tindak genosida.


Para tukang lobi pro Israel awalnya mendukung Turki dalam isu tersebut, namun mereka mengubah haluan untuk membalas kecaman Turki terhadap tindakan Israel di Jalur Gaza, demikian isi editorial harian Al Quds Al-Arabi seperti dikutip oleh Israel Radio


Israel dan Turki merupakan sekutu tradisional, namun hubungan kedua kubu memburuk pada tahun 2009, ketika Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengecam agresi brutal Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang warga Palestina. (suaramedia)