TIMBUKTU – Militan yang terhubung dengan Al Qaeda membangun bunker benteng di Gurun Sahara Algeria dan Mali untuk berlindung dari serangan udara sejalan dengan kekuatan mereka yang berkembang. Ahli keamanan mengatakan.
Tidak memperhitungkan batas-batas negara, anggota Al Qaeda di Maghreb Islam (Al Qaeda in the Islamic Maghreb - AQIM) telah menanamkan diri mereka sendiri dalam gurun.
"Kami memiliki laporan-laporan yang dapat diuji kebearannya yang memungkinkan kami untuk menyatakan bahwa AQIM baru-baru ini dalam proses pembangun benteng atau bunker yang di dalamnya digunakan untuk bersembunyi terhadap serangan di gurun yang dibagi oleh Mali dan Algeria tersebut," sumber Mali mengatakan.
"Tidak ada keraguan orang-orang ini memberi diri mereka sendiri arti dari akhir mereka sendiri," sumber tersebut, pejabat yang berkedudukan tinggi di komando operasional Mali utara, menambahkan.
Seorang pejabat dari salah satu negara tetangga Mali membenarkan laporan yang mengatakan, "Mereka telah membangun bangunan benteng bunker di daerah gunung karena mereka merasa waspada terhadap serangan udara yang datang."
"Beberapa telah dibagun di Mali dan Algeria, dan yang lain telah dimulai sepanjang perbatasan Nigeria."
Terencana dengan baik dan sangat tergerak, AQIM secara virtual telah tidak terkalahkan di Sahara, namun negara-negara dimana mereka beroperasi baru-baru ini telah ditawari bantuan dari Perancis dan AS.
Para ahli menekankan bahwa pesawat sangat penting untuk melacak mereka dan menyerang mereka.
"Saya pikir mereka khawatir terhadap prospek setiap negara di daerah tersebut bergabung dalam konflik yang menyebar, oleh karena itu keputusan mereka adalah mengambil tindakan kontra," mantan menteri pertahanan dan kepala intelijen Soumeylou Boubeye Maiga mengatakan.
Akademis Mali Hamed Maiga baru-baru ini mempersipakan sebuah tesis tentang AQIM dan kunjungan regulernya di Mali utara.
"Pada malam hari para saksi telah melaporkan bahwa mereka mendengar keributan mesin-mesin di pegunungan atau daerah-daerah bebatuan dimana mereka membangun bunker menentang serangan udara," ia mengatakan.
Hamed Maiga mengatakan para anggota telah meletakkan parit disekitar gurun persembunyian mereka untuk melindungi dari serangan darat.
Konstruksi mereka dari benteng yang lebih permanen juga menunjukkan keputusan mereka untuk membuat daerah tersebut basis permanen, ia mengatakan. "Bagaimana pun juga mereka dapat pindah begitu saja ke mana pun untuk menghindari serangan."
Didirikan pada akhir 1990-an oleh para radikal Algeria, organisasi tersebut terhubung dengan Al Qaeda pada 2006.
Diyakini jumlah mereka sekitar 300 orang, pengaruhnya menjangkau bagian besar dari Afrika utara dan barat.
Para militant telah berikatan dengan sebuah jaringan kuat malampaui suku, klan, keluarga dan jaringan bisnis yang melintang diseluruh Sahel.
Mereka telah mengatur untuk menghindari penangkapan di kompleks dan lanskap kuat dengan bergabung ke dalam pabrik sosial: mereka mendukung suku-suku miskin, membiayai penggalian dan terkadang menyalurkan obat-obatan.
Namun mereka juga terikat dengan tindakan yang melanggar hukum, memberi sarana penjualan illegal obat-obatan dan melindungi konvoi.
Menteri Dalam Negeri Algeria Dahou Ould Kablia mengatakan bahwa orang-orang Algeria akan menanamkan sebuah strategi baru terhadap "terorisme trans-Sahara" dalam kerjasamanya dengan negara-negara tetangga.
Dikutip oleh pernyataan berita APS, ia mengatakan bahwa keamanan perbatasan juga akan diperkuat.
Berbicara di Oran untuk pejabat regional Algeria barat, Kablia mengklaim bahwa terorisme secara signifikan telah dikurangi, namun mengatakan masalah lain seperti pencurian, penyelundupan dan penjualan oabt-obatan harus diperangi. (suaramedia)