The Daily Express melaporkan, para pengunjuk rasa saling menggenggam tangan mengelilingi ibukota di saat aksi protes di negara ini telah memasuki pekan ketiga.
Polisi tidak dikerahkan selama protes damai itu berlangsung. Pihak panitia demonstrasi menyatakan kalangan Sunni, yang merupakan kelompok minoritas di Bahrain, juga ikut bergabung dalam demontrasi kemarin (5/3).
Para demonstran menuding pemerintah telah menggulirkan kebijakan diskriminatif dan penganiayaan politik.
Jumat (4/3) diperkirakan sekitar 100.000 warga berdemo di pusat ibukota setelah shalat Jumat.
Para pengunjuk rasa kemudian berarak menuju Bundaran Mutiara, pusat demonstrasi, dan menuntut pemerintah mundur. Demo pasca shalat Jumat itu merupakan yang terbesar sejak aksi protes meletus tiga pekan lalu.
Pada hari yang sama, ribuan demonstran juga berunjuk rasa di luar gedung televisi nasional Bahrain, di Madinat Isa. Mereka menuding televisi nasional Bahrain menyebarkan kekerasan sektarian.
Sehari sebelumnya, (Kamis, 3/3) aparat keamanan bentrok dengan demonstran yang mencederai puluhan orang.
Dalam upaya meredam gejolak rakyat, Raja Bahrain Syeikh Hamad bin Isa al-Khalifa menawarkan serangkaian konsesi termasuk pembebasan tahanan politik, reshuffle kabinet dan penururan tagihan listrik, air, dan gas warga hingga 25 persen.
Namun kelompok oposisi tetap menuntut reformasi utama dan pembentukan sistem pemerintahan "monarki konstitusional", serta pengunduran diri pemerintah yang dinilai bertanggung jawab atas pembunuhan para demonstran.(irib)
