Al Arabiayah mengungkapkan Iran memiliki sebuah pangkalan militer di Libya, sebuah sumber dalam korp Garda Revolusi Iran dalam wawancara mengatakan bahwa Iran ternyata memiliki beberapa pangkalan militer di Libya.
sumber yang meminta namanya dirahasiakan karena posisinya yang sensitif di dalam Garda Revolusi tersebut menjabarkan lebih lanjut bahwa pangkalan-pangkalan militer Iran sebagian besarnya terletak di sepanjang perbatasan Libya dengan negara-negara Afrika, Chad dan Niger.
Dari sana, kata sumber tersebut, Garda Revolusi secara aktif menyelundupkan senjata dan memberikan pasokan bantuan logistik kepada kelompok-kelompok pemberontak di negara-negara Afrika.
Menurut sumber tersebut, Garda Revolusi Iran masuk ke Libya dengan kedok sebagai para pegawai perusahaan minyak. Sebagian besar perusahaan tersebut berada di bawah kendali Garda Revolusi.
Sumber yang berpangkat kolonel dalam Garda Revolusi Iran tersebut menambahkan bahwa Gaddafi dan pemerintahannya sebenarnya mengetahui aktivitas tersebut dan bahkan telah menandatangani kontrak bersama dengan perusahaan-perusahaan minyak Iran tersebut yang memuluskan jalan masuk Garda ke Libya tanpa ada kendala.
Kolonel tersebut menyatakan bahwa dengan kerusuhan yang berlangsung di Libya saat ini, ada lebih dari 500 personel Garda Revolusi yang terjebak dan tidak bisa mengevakuasi diri, oleh karena itu mereka diperintahkan untuk memusnahkan semua dokumen yang ada.
Menurut sumber tersebut, kerja sama militer antara Garda Revolusi Iran dan pemerintahan Gaddafi sudah terjadi sejak tahun 2006 silam.
Penting diketahui bahwa para pejabat Nigeria baru-baru ini menyita pengiriman senjata Iran ke Gambia. Senjata yang disita di antaranya adalah mortir, roket, dan peluru untuk senjata antipesawat.
Senjata-senjata tersebut disembunyikan di dalam kontainer yang diberi label materi bangunan. Para pejabat Nigeria menangkap seorang tersangka anggota Garda Revolusi dan seorang warga Nigeria terlibat dalam impor senjata ilegal. Keduanya akan disidangkan jelang akhir tahun ini.
Tanggal 13 Agustus 2009, Muammar Gaddafi mengirimkan pesan berisi ucapan selamat kepada Presiden Mahmoud Ahmadinejad setelah upacara pengukuhan sebagai pemimpin Iran.
Awal 2008, Libya memimpin Dewan Keamanan PBB di tengah perdebatan terkait penerapan resolusi rangkaian sanksi ketiga terkait program nuklir Iran. Seorang perwakilan Libya menjanjikan kerja sama konstruktif dari Libya namun ia mengaku tetap "tidak nyaman" mengenai prospek penjatuhan sanksi tambahan.
Pada tahun 2007, Iran dan Libya menandatangani kerja sama dalam bidang ekonomi dan budaya. Kerja sama keduanya dalam bidang ekonmi tidak terbatas pada hubungan bilateral.
Di tahun yang sama, Iran dan Libya mendirikan dana investasi gabungan untuk mengukur peluang di seluruh kawasan Afrika dan Amerika Latin.
Pada Januari 2010, Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengunjungi Tripoli untuk membahas "babak baru" dalam hubungan ekonomi Iran dan Libya.
Diskusi antara Mottaki dan Menlu Libya Musa Kusa tersebut juga berisi prospek pengembangan proyek minyak dan gas gabungan serta pengembangan sejumlah infrastruktur seperti pabrik, jalan, dan rumah sakit.
suaramedia