PARIS - Sebuah kelompok Yahudi Eropa yang meliputi para intelektual terkemuka telah menandatangani sebuah petisi pada hari Jumat (30/4).
Petisi tersebut berisi penentangan terhadap kebijakan pemukiman Israel, serta memperingatkan bahwa dukungan sistematis terhadap pemerintah Israel merupakan hal yang berbahaya.
Menurut kantor berita AFP, terdapat sekitar 2,824 orang yang menandatangai petisi tersebut pada hari Jumat. Sementara, Guardian menyatakan bahwa penandatangan petisi berjumlah lebih dari 3000 orang.
Banyak pihak yang menandatangani petisi tersebut berasal dari Perancis. Di Perancis sendiri, yang merupakan negara dengan populasi Yahudi terbesar di Eropa, petisi itu mendapat liputan luas.
Di antara penandatangan petisi, terdapat filsuf ternama Perancis, Alain Finkielkraut dan Bernard-Henri Lévy, serta Daniel Cohn-Bendit, pemimpin Partai Hijau dari Parlemen Eropa.
Petisi tersebut dinamai "JCall - European Jewish Call for Reason" dan dapat diakses secara online melalui http://www.jcall.eu, dimana teks petisi itu tersaji dalam enam bahasa.
Petisi tersebut akan dipublikasikan di dalam sebuah konferensi berita di Parlemen Eropa di Brussel pada hari Senin (3/5).
Pada intinya, petisi tersebut menghimbau Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan dan distrik-distrik Arab di Yerusalem Timur.
Para pendukung tersebut membandingkan sasaran mereka dengan sasaran J. Street, sebuah kelompok lobi Yahudi pro-Israel yang liberal di AS.
Menurut para pendukung petisi, mereka berharap untuk membangun sebuah gerakan Eropa yang “berkomitmen terhadap negara Israel sekaligus kritis terhadap pilihan pemerintahnya saat ini.”
“Tujuan kami adalah untuk menciptakan gerakan Eropa yang memungkinkan suara alasan dapat didengar oleh semua orang.”
“Gerakan ini bersifat non-partisan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa keselamatan Israel sebagai sebuah ‘negara’ Yahudi dan demokratis. Ini tergantung pada pembentukan sebuah negara Palestina yang dapat hidup dan berdaulat.”
Menurut petisi tersebut, Israel menghadapi sejumlah ancaman serius dalam “okupasi dan upaya berkelanjutan dalam pemukiman Yerusalem Timur”.
“Kebijakan ini adalah hal yang salah secara moral maupun politik, serta menimbulkan proses delegitimasi yang tak dapat diterima, yang saat ini dihadapi oleh Israel di luar negeri.”
Disebutkan pula bahwa “dukungan sistematis kebijakan pemerintah Israel adalah hal yang berbahaya dan tidak berguna bagi kepentingan sejati ‘negara’ Israel.”
Petisi tersebut mengundang reaksi yang beragam.
Ada yang bersikap pro, seperti Yossi Sarid, kolumnis Israel yang juga merupakan mantan menteri kabinet yang dikaitkan dengan gerakan perdamaian Israel. Sarid memuji petisi tersebut lewat sebuah tulisan yang dimuat di dalam harian Hareetz pada hari Minggu.
“Ini adalah orang-orang yang berusaha memanfaatkan setiap kesempatan untuk membela Israel secara terbuka dan tetap setia kepada hal itu,” tulis Sarid.
“Namun bahkan kesabaran mereka pun habis dan hati mereka terisi oleh kepedulian yang tulus.”
Ada yang bersikap kontra, seperti kelompok-kelompok Yahudi di Eropa.
Richard Prasquier, ketua Jewish Representative Committee of France, salah satu badan perwakilan Yahudi terbesar di Perancis, mengatakan , “Ini akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang merupakan musuh sejati Israel.
“Ini sangat serius karena mereka adalah pribadi-pribadi yang terhormat.”
Prasquier juga mengatakan bahwa Levy dan Finkielkraut telah membuat “kesalahan serius.”
“Apakah orang-orang Israel memerlukan diaspora Yahudi untuk mengatahui keputusan apa yang “tepat”, apa yang semestinya menjadi batas-batas negara yang dilindungi oleh putra-putrinya?” tulis Richard Prasquier di dalam harian Le Figaro.
Joel Mergui, presiden France's Central Consistory, menyebut kata-kata di dalam petisi tersebut sebagai “terlalu keras”.
Menurutnya, ia “terkejut oleh penggunaan istilah “a call to reason” sementara Israel mengaku demokratis.”
Pierre Besnainou, ketua United Jewish Social Fund, mengatakan bahwa ia khawatir bahwa “kaum Yahudi sedang terpecah-belah di hadapan umum.”
Claude Barouch, deputi kepala asosiasi pegawai Yahudi, mengatakan bahwa himbauan dalam petisi tersebut akan “memperlemah Israel”.
Sebagai langkah perlawanan terhadap JCall, kelompok-kelompok Yahudi Eropa tersebut telah membuat kontra-petisi yang ditandatangani juga pada hari Jumat. Kontra-petisi tersebut mendapat tanda-tangan dengan jumlah sedikit lebih banyak daripada JCall.
Menteri luar negeri Israel tidak bersedia berkomentar mengingat inisiatif tersebut tidak disponsori oleh pemerintah(suaramedia)