Sebuah email mengatakan bahwa Michelle Obama pulang dari Perancis setelah kunjungan luar negeri pertama Presiden Barack Obama karena sebagai seorang Muslim dia dilarang membawa istrinya ke negara-negara Muslim yang mempraktikkan hukum Syariah. Itulah mengapa Michelle pulang ke Amerika alih-alih berkunjung ke Arab Saudi dan Turki. Benarkah itu?
Beberapa email berantai juga mengutip akademisi dan ahli Timur Tengah, Jim Murk, yang mengatakan, “Seorang pria Muslim ortodoks tidak akan pernah membawa istrinya dalam sebuah perjalanan yang berorientasi politik ke negara manapun yang menerapkan hukum Syariah, termasuk Arab Saudi. Ini adalah benar dan itulah mengapa Obama meninggalkan Michelle di Eropa atau di rumah ketika dia pergi ke negara-negara Arab.”
Email-email itu didasarkan pada keyakinan bahwa Obama adalah Muslim. Sejujurnya, hanya Obama yang benar-benar tahu tentang keyakinan relijiusnya. Dan kita hanya tahu apa yang dia katakan dalam tulisan dan wawancaranya.
Tapi tidak ada indikasi apa pun bahwa dia pernah atau masih menjadi seorang Muslim. Dan belum ada seorang pun yang mengungkapkan bukti-bukti bahwa Presiden secara rutin membaca Al Qur’an, atau datang ke Masjid, atau merayakan hari raya Islam, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa sumber.
Obama mengatakan tidak pernah menjadi Muslim dan selalu beragama Kristen. Dalam wawancara tahun 2004 dengan agensi berita The Chicago Sun Times, dia mengatakan memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus dan berbicara panjang lebar tentang keyakinan Kristennya.
Dia berbicara tentang menjadi jemaat gereja di tahun 1985 dan berjalan di lorong Gereja Kristus Bersatu di Chicago sebagai respon dari panggilan altar Pendeta Jeremian Wright pada Minggu pagi sekitar 16 tahun yang lalu.
Dia berbicara tentang agama Kristennya dalam sejumlah wawancara lain dan para pembantunya – baik sebelum maupun sesudah pemilu – telah dikutip dalam banyak publikasi mengatakan bahwa Obama berafiliasi dengan Gereja Kristus Bersatu sejak tahun 1980an.
Kebanyakan klaim dalam email berantai merujuk pada pengasuhan Obama di tangan seorang ayah dan ayah tiri Muslim.
Meskipun ayah kandung Obama dibesarkan sebagai seorang Muslim, sejarah keluarga presiden mencatat bahwa Obama senior adalah penganut agnostik atau atheis di saat dia menikahi Ann Dunham. Obama telah menulis tentang Kecenderungan ibunya untuk membawanya ke banyak layanan keagamaan yang berbeda.
“Tapi saya dibuat untuk memahami bahwa contoh relijius semacam itu tidak membutuhkan komitmen berkelanjutan dari diri saya,” tulis Obama.
Ketika sang ibu menikah lagi, mereka pindah ke Indonesia, di mana Obama masuk ke sekolah Katolik dan sekolah Muslim.
Dalam bukunya, “The Audacity of Hope” (Kekuatan Harapan), Obama menulis:
“Dalam kedua kasus, ibu saya tidak terlalu mempermasalahkan saya yang mempelajari tanya jawab agama atau kebingungan dengan arti adzan. Dia lebih mengkhawatirkan apakah saya telah belajar matematika dengan benar.”
Banyak dari email berantai itu menyalin formulir pendaftaran dari sebuah sekolah Katolik di Jakarta yang seharusnya diisi oleh ayah tiri Obama, Lolo Soetoro. Formulir itu mencatat agama anak tiri Lolo, Barry Soetoro, sebagai Islam dan kewarganegaraannya Indonesia.
Namun, The Chicago Tribune, mengatakan bahwa formulir itu mengandung beberapa kesalahan: mencatat Barry Soetoro sebagai orang Indonesia meskipun tempat kelahirannya tercantum di Honolulu, tidak memberikan nama sekolah yang terdahulu, dan tidak menyebutkan tentang sang ibu.
Para pengajar yang dikutip oleh The Tribune mengatakan bahwa dia mungkin dicatat sebagai seorang Muslim karena itu adalah agama ayah tirinya dan itu adalah yang dilakukan oleh banyak orang ketika itu. Tidak ada bukti tentang siapa yang mengisi formulir tersebut.
The Tribune mengatakan bahwa Lolo Soetoro lebih merupakan jiwa yang bebas daripada penganut Muslim yang taat, menurut teman-teman dan tetangganya. “Dan wawancara dengan puluhan mantan teman sekelas, guru, tetangga, dan teman-teman memperlihatkan bahwa Obama bukan penganut Muslim ketika dia ada di Indonesia.”
Pada bulan Januari 2007, majalah Insight melaporkan bahwa Obama menghabiskan waktu empat tahun di sebuah sekolah Islam. CNN mengirimkan reporter untuk mengunjungi tempat itu dan menemukan bahwa itu adalah sekolah umum yang tidak memfokuskan diri pada agama dan guru-gurunya pun berpakaian ala Barat.
The Tribune, Washington Post, Los Angeles Times dan Associated Press juga melaporkan klaim itu tidak berdasar.
Lalu, jika Obama bukan seorang Muslim, apakah email tentang Michelle itu memiliki kebenaran? Tidak.
Pertama, Obama berkunjung ke Perancis, Inggris, Jerman, Republik Ceko dan Turki selama kunjungan luar negerinya yang pertama sebagai presiden. Hanya Turki yang memiliki penduduk mayoritas Muslim dan negara itu diperintah dengan hukum sekuler bukan hukum Syariah. Obama pergi ke Arab Saudi dalam sebuah perjalanan terpisah dua bulan kemudian.
Kedua, hukum Syariah beragam di tiap kawasan dan kebiasaan, namun secara umum tidak ada ketentuan yang melarang seorang wanita menemani suaminya, Muslim atau bukan, dalam kunjungan ke negara yang menerapkan hukum Syariah.
Ketiga, sebagai sebuah kunjungan kenegaraan, presiden AS tidak akan menjadi subyek dari hukum Syariah.
Sejumlah media melaporkan bahwa Michelle Obama pulang ke rumah dari kunjungan itu karena kedua putrinya kembali dari sekolah dan dia ingin berada di rumah sebelum putrinya pulang.
sumber: suaramedia