1 Aug 2012

Capres Amerika SErikat: Yerusalem Ibu Kota Israel

Image-7186Capres Amerika SErikat: Yerusalem Ibu Kota Israel - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Mitt Romney, mengeluarkan pernyataan provokatif mengenai Yerusalem. Kota sengketa pelbagai pihak dan agama itu dia sebut ibu kota sah Israel.

Pernyataan ini dia sampaikan kemarin saat berkunjung ke kawasan Masjid Al-Aqsa, sebelah timur Yerusalem. Selepas berdoa di Tembok Ratapan, tempat paling suci umat Yahudi, Romney menyatakan kebahagiannya bisa berkunjung ke kota itu. "Sungguh bahagia rasanya bisa berkunjung ke Yerusalem, ibu kota Israel ini," ujar dia kepada wartawan, seperti dilansir BBC, Senin (30/7).

Israel memindahkan pusat pemerintahan ke Yerusalem sejak September 1980 dan gencar menyatakan kota tiga agama itu sebagai ibu kota resmi mereka. Namun tidak ada satupun negara menyetujui klaim Negeri Zionis itu sebab kawasan ini merujuk resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa usai Perang Dunia Kedua seharusnya menjadi kota netral, tanpa penguasa tunggal.

Bahkan, Amerika sebagai sekutu dekat memilih tidak mendukung terang-terangan karena ingin menjaga perasaan mitra bisnis di kawasan Arab. Mereka hanya mendirikan konsulat di sebelah barat Yerusalem. Kongres Amerika sejatinya sudah memiliki beleid pada 1995 yang mewajibkan kedutaan besar mereka di Tel Aviv dipindah ke Yerusalem.

Di kesempatan berbeda, Romney bahkan memberikan pernyataan lebih keras kepada wartawan stasiun televisi CNN. Penganut Kristen sekte Mormon itu mengatakan bila dia terpilih sebagai presiden November mendatang, kedutaan besar Negeri Paman Sam itu akan segera dipindah ke Yerusalem. "Saya ingin kita konsisten dengan sikap politik untuk negara sahabat, Kedutaan besar harus berada di ibu kota negara itu. Dalam kasus Israel, berarti kantor kita di Tel Aviv harus pindah ke Yerusalem," kata Romney.

Pernyataan Romney langsung dikecam pejabat Palestina. Ketua juru runding Otoritas Palestina Saeb Erekat menyatakan sikap kandidat Partai Republik itu bakal merugikan Amerika di kemudian hari. "Sikap Romney, seandainya terbukti ketika dia terpilih, hanya akan memberi kerugian bagi Amerika dalam segi stabilitas, keamanan, dan perdamaian di kawasan Arab," kata Erekat.

Pesaing Presiden Barack Obama dalam pemilihan presiden Amerika empat bulan lagi itu sedang berada di Israel untuk penggalangan dana. Selama di Yerusalem, dia ditemani ketua tim pendanaan kampanye, Spencer Zwick, dan pengacara Yahudi terkenal di New York, Philip Rosen.

Tindakan Romney terang-terangan mendukung Israel ini kemungkinan mendatangkan simpati pemilih Yahudi di Amerika yang memiliki kekuatan finansial signifikan bagi setiap kandidat presiden negara adidaya itu.