Kepala Biro Politik Persatuan Revolusi Libya, Abdurrahman al-Zibyani seraya menolak pernyataan Barack Obama dan Nicolas Sarkozy yang mengklaim bahwa kemenangan revolusi sebagai keberhasilan mereka, mengatakan, "Pengorbanan para revolusioner dan darah para syuhadalah yang telah mengalahkan Gaddafi."
Dalam wawancaranya dengan televisi al-Alam, seraya mereaksi pernyataan Presiden Barack Obama yang mengklaim bahwa kemenangan revolusi dan terbunuhnya diktator Muammar Gaddafi sebagai keberhasilan Amerika dan NATO, al-Zibyani mengatakan, "Pernyataan seperti itu sudah tentu akan keluar dari mulut Obama." Sementara itu Presiden Perancis juga mengklaim bahwa kemenangan para revolusioner dan terbunuhnya Gaddafi sebagai keberhasilan Perancis.
Al-Zibyani menilai pernyataan seperti itu dikeluarkan dalam rangka kampanye pemilu. Ia mengatakan, "Kita tidak menyangkal peran militer Amerika dan Perancis. Namun operasi darat yang mengakhiri bentrokan di Libya. Jika tidak ada pengorbanan para revolusioner, kita tak akan menang dan Muammar Gaddafi dan putranyapun masih hidup."
Al-Zibyani menegaskan bahwa rakyat Libya dengan mengorbankan darah para syuhada dan memikul kerugian miliaran dolar, mempunyai andil yang sangat besar terhadap kemenangan revolusi. Klaim Obama tidak dapat diterima karena Amerika merupakan negara pertama di NATO yang menolak perlawanan dan perang terhadap diktator Muammar Gaddafi pada awal-awal perjuangan.
Al-Zibyani menambahkan, kemenangan sesungguhnya akan terealisasi dengan terbentuknya sistem demokrasi rakyat. Sehingga rakyat Libya akan hidup penuh kebebasan dan kemuliaan.
Seraya mengingatkan Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) yang mengekor NATO dan Amerika, al-Zibyani mengatakan, "Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) harus mencegah intervensi NATO dan Amerika dalam menentukan masa depan rakyat Libya." Amerika dan NATO dengan dalih mendukung revolusi mencampuri urusan negara tersebut. (IRIB/RA/SL)
